Menjalani peran menjadi seorang ibu tidaklah
mudah. Ibu zaman sekarang dituntut untuk smart menyingkapi perubahan zaman. Karena ditangan seorang ibu nasib
negara ditentukan. Ibu sebagai madrasah pertama anak-anaknya. Ibu yang smart dapat dipastikan akan menghasilkan
anak yang smart juga. Kalo ditanya apa itu smart? maka jawabanku adalah:
- Smart menurutku bisa menjadi diri sendiri, kapan saja dan dimana saja tapi tetap memperhatikan lingkungan sekitar ada orang yang merasa dirugikan tidak dengan menjadi diri sendiri. Contoh seorang perokok dia bangga menjadi diri sendiri, dengan merokok dimana saja dan kapan saja. Tanpa memandang orang sekitar mungkin tergangu dengan asap, bau dan penyakit yang ditimbulkan dari rokoknya.
- Smart itu tidak puas akan ilmu dan terus meningkatkan kualitas diri. Orang yang cepat puas, dia tidak akan maju. Karena merasa kualitas dirinya sudah yang terbaik, tidak perlu belajar lagi.
- Smart itu pandai berhemat walau kebutuhan banyak dan tetap bisa memberikan kualitas terbaik.
- Smart itu selalu prima tidak gampang sakit, sehat jasmani dan rohani. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Gimana mau smart kalau badan sakit melulu, pikiran juga hanya bisa terfokus hanya pada satu masalah.
- Smart itu fleksibel bisa menempatkan diri dengan baik kapan saja dan di mana saja. Contoh dalam posisiku sebagai orang tua aku bisa menjadi perawat, guru, koki, teman bagi anak-anaku. Menjadi anak bagi orang tuaku dengan terus hormat dan berbakti. Menjadi sahabat, istri, pendengar yang baik bagi suamiku.
- Smart itu menyingkapi suatu masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Hati boleh panas tapi kepala dingin tetap dingin, tidak cepat terpancing emosi.
- Smart itu tidak menyalahkan orang lain atas semua yang menimpa kita. Kadang orang ketika sedang susah suka mencari kambing hitam(bukan kambing hitam beneran yaa) atas masalah yang menimpanya. Padahal sebahagian besar masalah itu datang dari diri kita sendiri.
- Smart itu selalu berpikiran positif dan tidak mudah stress. Caranya yaa dengan mengenali diri sendiri. Apa yang kita suka dan apa yang tidak.
- Smart itu walau memiliki berjuta kesibukan tapi tetap bisa bersosialisasi dengan tetangga, teman keluarga lainnya. Ini penting karena kalau ada apa-apa diluar kemampuan kita pastinya tetangga yang akan kita minta tolong pertama kali.
- Smart itu pandai bersyukur atas semua yang terjadi pada drinya baik itu bagus ataupun buruk.
- Smart itu mampu melihat rintangan menjadi tantangan.
- Smart itu bisa memanfatkan barang yang tidak terpakai dan mengelolanya menjadi barang yang baru yang lebih berharga dan bermanfaat. Misal mengelolah sampah rumah tangga menjadi kompos untuk digunakan sendiri atau untuk dijual kembali.
Kenapa aku merasa layak dibilang smart?
Menjadi seorang ibu saja sudah cukup
sulit, apalagi merangkap peran sekaligus. Menjadi ibu sekaligus seorang ayah.
Tapi ini berhasil kulakoni selama sepuluh bulan. Menjadi ibu sekaligus ayah
bagi kedua
anakku Vinka dan Shidiq sukses telah kujalani selama sepuluh bulan ini. Bukan
karena bercerai yaa, tapi ikatan dinas suami yang mengharuskan belajar
rekontruksi ke Jepang selama setahun dan tidak diperkenankan membawa keluarga.
Banyak suka dan duka yang ku alami itu sudah pasti. Tentu saja semua itu berhasil kulalui karena
aku bertidak dengan smart.
- Smart dalam menata emosi, tidak larut dalam kesedihan mendalam harus menjaga kedua buah hati sendiri dan bangkit menjadi smartmom yang serba bisa.
- Smart dalam membagi waktu. Sadar sekarang peranku bertambah dan tak ada bala bantuan, sedangkan waktu tetap 24jam. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang bisa segera dilakukan itu kunci utamanya. Dan juga harus tahu mana yang menjadi prioritas utama itu duluan yang dikerjakan.
- Smart dalam menunggu. Menunggu itu merupakan pekerjaan yang sangat membosankan apalagi harus menunggu sampai setahun dan diisi dengan kegiatan yang itu-itu saja, bisa mati bosan. Untuk mengatasi hal ini moment menunggu mulai kumanfaatkan dengan mengembangkan hobi yang sempat terlupakan yaitu “menulis.”
- Alhamdulillah dari menulis aku bisa mendapat banyak teman, pelajaran dan juga dua buku antalogi puisi, dan satu buku antologi cerpen dengan namaku sebagai salah satu kontributornya.
- Smart dalam mengali potensi diri dan membaca peluang. Aku rasa dalam diriku terdapat potensi menjadi seorang penulis tinggal diasah saja. Aku terus berlatih menulis bahkan mengikuti salah satu kelas menulis online untu mengasah kemampuanku. Aku yakin ke depannya aku bisa menjadi penulis handal dan menghasilkan uang. Menjadi penulis kurasa pekerjaan sampingan yang paling tepat untuk seorang ibu rumah tangga. Dengan menulis hobi tersalurkan, keluarga tetap dapat perhatian, penghasilanpun tetap ada.
- Smart dalam pengeluaran uang. Selalu membagi-bagi uang belanja ke dalam berbagai keperluan seperti : uang untuk belanja sehari-hari, ongkos, jajan, keadaan darurat, hiburan. Membeli barang sekaligus untuk stok juga bisa menghemat pengeluaran untuk ongkos belanja. Terapkan prinsip ekonomi dengan harga semurah mungkin mendapat barang sebagus mungkin.
- Smart dalam mengelola limbah rumah tangga. Semua sampah rumah tangga yang bisa busuk seperti kulit bawang, ampas sayuran diolah menjadi kompos. Sehingga menghemat uang untuk membeli pupuk tanaman
- Smart dalam memainkan peran. Harus memainkan semua peran yang dibutuhkan kedua buah hatiku. Menjadi perawat ketika mereka sakit. Menjadi koki ketika mereka lapar. Menjadi seorang teman ketika mereka bermain
- Smart dalam bersosialisasi. Tetap menjaga tali silahturahim dengan tetangga, dan saudara.
- Smart dalam menyeimbangkan semua. Ini yang paling penting karena bila tidak seimbang ada saja kekacauan yang akan timbul. Misalnya saja karena seringnya begadang untuk mengembangkan hobi menulis paginya telat bangun, akhirnya berujung pada sarapan pagi keluarga yang telat disiapkan. (untung anak-anak belum pada sekolah).
Selalu berpikir positif dan bersyukur. Membuat semua terasa
lebih mudah dijalani. Tak terasa sudah sepuluh bulan kujalani menjadi single parents.