“Mimpimu terlalu tinggi, berkacalah pada cermin. Cermin akan memberitahu siapa dirimu sebenarnya. Kau hanya ibu rumah tangga biasa. “Jangan terlalu tinggi menaruh asa. Bila kau jatuh nanti akan binasa.”
“Bila tak tinggi kumenyimpan asa, bagaimana kutahu indahnya pemandangan di bawah sana? Bila tak tinggi ku taruh mimpi bagaimana kubisa menari di awan putih seperti merpati? Apa salah kata-katakuini? Bukankah kita diajarkan untuk berani bermimpi?”Jawabku menahan amarah takmenyangka, tanggapanmu seperti itu.
“Apa tak pernah kau baca tentang J.K Rowling. Dia juga ibu rumah tangga biasa, yang gigih memperjuangkan asanya. Hingga lihat kini siapa yang tak kenal karyanya, pundi-pundi uang mengalir deras ke dalam kantongnya. Aku yakin bisa seperti dia, jadiJ.K.Rowling Indonesia kenapa tidak?” Kau diam menggumpulkan kata-kata. Tak suka jika pendapatmu kubantah.
Sudah sekian kali aku dengar kata-kata yang membuat semangatku turun. Perdebatan panjang tentang mimpiku menjadi novelist atau motivator. Membagi ilmu yang kutahu lewat buku. Buku dengan namaku sendiri sebagai penggarangnya. Banyak yang mencibir bahkan menertawai ketika kuungkapkan kata hati termasuk kau orang yang paling kusayangi..
“Berani bermimpi tapi kau tak mengukur diri, jangan menyesal nanti. Sudah kuperingatkan kau tentang hal ini.” Kata terakhir yang kudengar sebelum kau pergi. Seolah menegaskan bahwa kau ragu akan kemampuanku dan juga statusku sebagai ibu rumah tangga sekarang ini.
Mataku mulai berkaca-kaca, taksanggup menahan kecewa. “Mungkin aku terlalu naif. Apa salah,kalau profesiku Ibu rumah tangga? Ibu rumah tanggakan manusia juga, punya impian, punya cita-cita.
Kau boleh saja tertawa, mencibir atau berkata aku sudah gila. Tapi lihat saja nanti akan ku buktikan pada dunia bahwa aku bisa. Akan kubuat mimpiku jadi nyata. Walau itu harus memakan waktu yang lama.
Bermimpilah maka Tuhan akan memelukmimpi-mimpi kita, kata Andrea Hirata. Kata-kata itu memotivasi aku untuk berusaha lebih giat lagi. You can alwasys get what you want, kata Phill Murray, membuat semangatku menyala-nyala. Kucoba mengirim ke media, taksatupun dapat balasannya. Setidaknya aku sudah mencoba.
Ku cobamengikuti lomba tapi tak satupun yang jadi juara. Setidaknya aku sudah mencoba. Setiap kali gagal aku menyemagati diri. Mungkin jurinya kurang teliti, tak dilihat aku punya potensi. J.K. Rowling juga pernah ditolak ribuan kali.
Betapa kutertatih melakukan semua. Tapi asa ini begitu membara membuatku terjaga dipagi buta, dan kembali merangkai aksara menjadi kata, merangkai kata agarmempunyai makna. Aku pasti bisa teriakku dalam hati.
Malam berganti pagi. Pagi mulai menyapa hari, aku masih di sini menggumpulkan puzzle-puzzle harapan. Bertarung dengan waktu untuk meraih mimpiku. Begitu panjang penantian ini.Seakan berada di lorong waktu, berjalan hanya mengandalkan kompas kehidupan dan harapan yang tak pernah padam.
Tuhan rangkullah jiwaku yang resah ,jangan biarkan aku berjalan tanpa arah. Wujudkan mimpiku jadi nyata. Jangan biarkan mereka tertawa di atas deritaku.
Kau datang kembali menagih janji, setelah sekian lama pergi mencari nafkah tak pulang ke rumah.
“Mana novel dengan namamu sendiri? Aku hanya diam seribu bahasa. Lidahku kaku tak bersuara. Kulihat matamu bersinar teriakan kemenangan.
" Sudah ku bilang jangan terlalu tinggi menaruh asa".
“Ini hanya soal waktu, kau tunggu saja nanti. Yang terakhir tertawa dia yang paling bahagia” Ucapku mencoba tetap tegar mendengar ejekanmu.
“Ya..ya..ya Mrs. J.K. Rowling wanna be terserah kau saja. Tugasku hanyamengingatkan” kaupun pergi berlalu seperti biasa meninggalkanku sendirian dalam bimbang.
Akhirnya hari itu datang juga. Peluncuran buku dengan namaku sendiri. Sebuah buku motivasi bertajuk”Emak-emak Bahagia” dan “Jangan Mau Jadi Ibu Rumah Tangga Biasa.” Semua mata tertuju padaku sebagai pembicara. Dan mereka betah menungguku lama sekedar untuk foto bersama dan meminta tanda tangan.
Bahagia sekali hati ini akhirnya impianku menjadi penulis besar tercapai juga. Tinggal menunggu schedule untuk tour nusantara dari penerbit ternama. Dan jadi nominator di acara literasi ternama di mancanegara. Akhirnya semua jadi nyata. Kulihat kau berdiri di sudut ruangan menatapku dengan bangga ketika ku jadi pembicara. Aku hanya tersenyum penuh makna. Setelah acara kubergegasmenghampirmu. Tak sabar ingin berkata
”Lihatsekarang mimpiku jadi nyata, yang terakhir tertawa dia yang paling bahagia.”
Mungkin karena terlalu tergesa-gesa, tak kulihat ada anak tangga. Akupun terjatuh dengan suksesnya kepalaku terbentur dengan meja. Membuatku kembali ke alam nyata ternyata semua hanya mimpi belaka. Rupanya tadi tak sengaja kutertidur di meja kerja.
Tulisan ini diikutsertakan di lomba kompetisi menulis dengan tema impian dan harapanku 5 tahun mendatang. please sumbang like dan komentar di https://www.facebook.com/CeritaPenulis notes harie khairiah terima kasih