Kartini VS Aku
Imam
Ghazali pernah berpesan”Jika kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar,
maka menulislah”
Jauh
di masa keemasan para nabi, menulis sudah didengungkan oleh salah satu istri
Nabi Muhammad yaitu Aisyah. Beberapa hadist diriwayatkan melalui beliau.
Kecerdasannya tidak diragukan lagi, membuatnya menjadi pengajar yang hebat di
usianya yang masih belia.
Di
Indonesia setiap tanggal 21 April selalu
diperingati sebagai hari kelahiran Raden Ajeng Kartini. Seorang perempuan yang
terkenal akan kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, beliau juga
dijadikan sebagai tokoh emansipasi perempuan Indonesia.
Kartini
bukan satu-satunya pejuang perempuan yang ada di Indonesia. Selain Kartini dari
Aceh juga ada beberapa pejuang perempuan yang terkenal seperti Cut Nyak Dhien,
Cut Meutia, Laksamana Keumala Hayati, para Sultanah Aceh dan masih banyak lagi
pejuang perempuan lainnya.
Jika
berbicara mengenai emansipasi, emansipasi perempuan lebih dahulu ada di Aceh,
jauh sebelum Kartini lahir, perempuan Aceh sudah memiliki kesetaraan dalam
berbagai hal dengan kaum lelaki, mulai dari menjadi Sultana, hingga menjadi pemimpin pasukan yang bergerilya.
Yang membuat Kartini begitu terkenal, dibandingkan
pahlawan perempuan nasional lainnya adalah karena Kartini menulis! Dia
melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda mengenai permasalahan perempuan di negerinya. Dia merekam semua jejak perjuangannya dalam
bentuk surat-surat. Pemikirannya yang ia tuangkan dalam tulisan memberikan
inspirasi serta meniupkan semangat dan
motivasi bagi kaum perempuan untuk terus
belajar. Yang kemudian dibukukan
oleh Mr. J.H. Abendon dengan judul Door
Duisternis tot Light yang kita kenal dalam versi Indonesianya dengan Habis
Gelap Terbitlah Terang.
Pepatah
Arab mengatakan: ilmu itu ibarat pancingan, maka pancinganlah pancingan itu
dengan menulisnya.
Sebagai
ibu rumah tangga biasa dengan dua orang anak, aku selalu mengupdate ilmu dengan membaca. Semakin
banyak buku yang kubaca, semakin banyak bahan yang ingin kutuliskan. Mungkin tulisanku
hanya tulisan sederhana, mengenai hal yang ku ketahui yang menceritakan
lembaran kehidupanku merawat anak-anak, opiniku mengenai sesuatu, lomba menulis
yang pernah kuikuti ataupun hanya puisi pengungkap isi hati, yang kutuliskan
diblog. Aku menulisnya di sela-sela kesibukanku menyelesaikan tugas rumah
tangga.
Tulisanku
mungkin tak sefenomenal Kartini dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, atau Asma
Nadia yang dengan gaya feminim-nya
membawa perempuan keliling dunia dan membukukannya. Tulisanku hanya tulisan
sederhana, yang kuharap bermakna bagi yang membaca.
Sampaikanlah
walau satu ayat, dan kuniatkan semua
tulisanku untuk kebaikan, bukankah segala sesuatu dinilai berdasarkan niatnya.
Ibu
rumah tangga juga bisa merubah dunia, dia merubah dunia dengan melahirkan,
mengasuh, mengayomi, merawat, mendidik, dan mengantarkan generasi bangsa menjadi lebih
beradab, bahkan bisa menentukan seorang anak untuk bisa mencapai ‘surga’
itu berawal dari sosok seorang wanita (ibu), terlebih lagi jika ibu rumah
tangga itu menulis, dia bisa
menularkan kegiatan positif ini pada
anak-anaknya. Sehingga terciptalah generasi bangsa yang gemar menulis dan
membaca, karena untuk menghasilkan tulisan yang baik harus diiringi dengan
kegemaran membaca.
Rasulullah
SAW bersabda,
“Wanita itu tiang Negara, bila dia (wanita)
baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu rusak maka rusaklah
negara itu.”(ahli hikmah).
Bila ilmu dipelajari dengan membaca(iqra), maka menulis adalah cara menyebarluaskannya. Tulisan yang kreatif tentu akan disenangi orang untuk membaca, mencerna bahkan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menulis salah satu cara menularkan pikiran-pikiran perubahan.
Bila ilmu dipelajari dengan membaca(iqra), maka menulis adalah cara menyebarluaskannya. Tulisan yang kreatif tentu akan disenangi orang untuk membaca, mencerna bahkan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menulis salah satu cara menularkan pikiran-pikiran perubahan.