Aku nggak pandai merangkai kata untuk menunjukkan betapa
berartinya hadirmu bagiku. Tapi aku yakin tanpa kata-kata itu pun kamu bisa
merasakannya dari sikapku.
Setiap kali mengingat kembali bagaimana kita bertemu selalu
membuatku senyum sendiri. Bagaimana aku berhasil mengerjainmu dikopi darat
pertama kita. Kamu harus mencariku di tengah hiruk pikuk orang yang mengantar
anaknya atau ponakkan ikut lomba
berhitung.
Ponsel tak lepas dari tanganmu, yang aku tahu ponsel itu terus
mencoba menghubungi nomor hapeku. Dan aku hanya senyum penuh kemenangan
memperhatikanmu dari kejauhan sambil menutupi wajahku dengan sebuah buku jangan
sampai ketahuan aku disitu. Kamu datang menempati janjimu bertemu denganku.
Ada rona kesal diwajahmu karena ulahku saat itu. Kau alihkan
kesalmu dengan menghirup sebatang rokok. Tak kau perdulikan rasa tak sukaku pada
aroma dan asap rokokmu. Masih dihari yang sama pertama kali kita bertemu kau langsung meminta aku jadi pacarmu, aku tolak
tawaranmu dengan jawaban.
“Aku nggak mau jadi pacarmu, aku maunya jadi istrimu.”
Biasanya lelaki akan mundur teratur jika
kutantang begitu, tapi kamu beda, kamu langsung menyanggupi dengan syarat asal
ibumu setuju.
Masih di hari yang sama di pertemuan pertama kita. Kau
mencoba mentraktirku makan di tempat sederhana. Dan aku menghabiskan semua
makanannya bahkan minta tambahan menu yang lain. Biasanya laki-laki akan mundur
teratur jika bertemu perempuan yang makannya rakus seperti itu. Tapi kau tak
mengeluh malah menatapku prihatin dan bertanya “Apa aku cacingan, badan kecilku
bisa menghabiskan semuanya.”
Aku hanya senyum. Malah kuminta biodatamu, buat jaga-jaga
kalau ditanya orang rumah, aku kemana. (Membayangkan pertemuan pertama kita
selalu membuatku tersenyum, bagaimana tak habis aku mengerjaimu dan kau begitu
sabar menghadapi semua tingkahku).
Hanya hitungan minggu pertemuan dua keluarga terjadi, semua lancar
walau tak terencana, mungkin ini namanya jodoh segala dimudahkan urusannya.
Kau bahkan tak menyerah ketika kuberitahu aku penyakitan,
bahkan berusaha mencari obat penyembuh. Selalu mengingatkan makan dan minum
teratur. Bahkan kau berhenti merokok demi biar aku sehat, kita sehat.Bagiku hadirmu seperti jawaban doaku.
Di sampingmu aku bisa menjadi diriku sendiri, terima kasih
karena menerimaku apa adanya.