Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts

Thursday, 25 January 2018

Mie Kocok Si Doel Tempat Makan Favoritku.

Kalau ditanya dimana tempat makan favoritku, aku pasti langsung jawab  warung mie kocok Si Doel dekat Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh.

Wednesday, 24 January 2018

Nginap di Hotel Hermes Palace Banda Aceh Bersama Anak-anak

Jadi kemarin dulu, papa Vinka menang lomba foto yang hadiahnya nginap di hotel  Hermes Palace Banda Aceh, yang sudah termasuk  makan malan dan sarapan untuk dua orang.

Sunday, 14 January 2018

5 Tempat Wisata Anak Favorit di Bandung

Bandung adalah salah satu kota di Indonesia yang ingin saya kunjungi kembali. Selain menyimpan kenangan masa kecil di kota ini. Bandung juga memiliki banyak sekali  tempat menarik untuk dikunjungi.

Friday, 12 January 2018

Pantai Tanjung Aan Tempat Yang Wajib Dikunjungi Di Lombok

Bingung dengan pilihan destinasi liburan selanjutnya? Mungkin kamu bisa merencanakan untuk pergi ke Lombok. 
Pantai Tanjung Aan sumber foto :http://m.metrotvnews.com

Saturday, 7 October 2017

Jalan-jalan ke Air Terjun Suhom

Jadi tahun lalu waktu lagi nunggu hari  Dekbay lahir. Aku diajakin  jalan-jalan  ke Air Terjun Suhom di di kecamatan Lhoong Aceh Besar. Sebenarnya suami kurang setuju aku pergi , nanti sempat melahirkan di jalan gimana? Tapi berhubung akunya maksa dan suami juga belum pernah ke sana akhirnya pergi juga deh kami  menuju Air Terjun Suhom.

Friday, 6 October 2017

Makan Siang di Riung Gunung



Jadi pas liburan sekolah anak-anak kemarin, akhirnya punya kesempatan buat ajakin anak-anak jalan-jalan. Kali ini destinasi kami sedikit jauh harus menempuh kurang lebih dua jam perjalanan untuk menuju tempat ini.

Monday, 10 April 2017

Mengapai Puncak Peradaban Dunia Dengan Pustaka UNSYIAH

Tidak ada hal yang lebih penting bagi umat manusia dari pada membawakan buku-buku dalam jangkauan semua orang, buku yang dapat meluaskan pandangan dapat membebaskan kita dari diri kita sendiri, dapat mendorong kita ke penemuan-penemuan baru dan benar-benar dapat mengubah kehidupan serta membuat seseorang menjadi anggota masyarakat yang berharga. Satu-satunya jalan untuk melaksanakan ini ialah melalui perpustakaan.
Demikian kutipan  dari tulisan berjudul Public Libraries and Their Mission  karya seorang sastrawan Prancis  Andre Maurots yang bisa menjadi bahan renungan kita bersama tentang pentingnya perpustakaan

Monday, 30 January 2017

7 Jurus Manjakan Si Kecil Agar Tetap Betah Selama Perjalanan Naik Kereta Api


Melakukan perjalanan jarak jauh bersama anak kecil, jelas mengharuskan kita memberikan perlakuan khusus padanya. Segala yang kita pilih untuk perjalanan ini haruslah membuat si kecil selalu nyaman, sehingga mereka tidak rewel, tidak merepotkan kita, dan tidak stres atau bahkan jatuh sakit.

Friday, 22 April 2016

Sabang Destinasi Honeymoon Favorit Pariwisata Aceh



Peta Wisata Sabang di Pelabuhan Balohan

Tak harus ke Bali apalagi sampai ke luar negeri jika ingin menikmati suasana romantis dan berbeda untuk berbulan madu. Sabang,  kota kecil  yang terletak di ujung paling Barat Indonesia  menjadi pilihan saya dan suami untuk honeymoon.

Tuesday, 12 April 2016

Liburan, Ke Pangandaran Saja

www.mypangandaran.com


Ada satu tempat yang sangat ingin aku kunjungi dari dulu sewaktu masih tinggal di Bandung hingga kini tapi belum juga kesampaian sampai sekarang. Tempat itu bernama Pangandaran.

Monday, 29 February 2016

Kenangan Masa Kecil Di Bandung

Wah nggak kerasa hampir 20 tahun nggak pernah menginjakkan kaki lagi di Kota Kembang Bandung tercinta. Bandung tempat aku menghabiskan masa kecil disana dari belum sekolah hingga kelas 3 SMP. Banyak kenangan masa kecil yang tak terlupakan selama di Bandung. Jadi ingin cerita sekaligus nostagia waktu kecil di Bandung aku kemana dan ngapain aja.

Monday, 3 August 2015

Program BNI Berbagi Membuat Kami Memiliki Tempat Wisata Gratis yang Berkualitas

Kesejukan langsung menyapa ketika memasuki Hutan Kota BNI


Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia  dan dengan  semangatnya berprestasi dan berbagi. BNI mempunyai misi untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab lingkungan dan komunitas. Untuk mewujudkan misi tersebut, BNI telah mendesain program  Corporate Social Responsobilty dalam  enam bidang  yaitu bidang pendidikan, kesehatan, pelestarian alam, sarana dan prasarana umum, bantuan bencana alam dan pengetasan kemiskinan.
Sebagai warga kota Banda Aceh sekaligus sebagai  seorang ibu salah satu program berbagi  BNI yang paling saya rasakan  manfaatnya adalah program pelestarian alam. Dimana BNI bekerjasama dengan Pemerintah kota Banda Aceh, Yayasan Bustanussalatin, masyarakat Tibang dan warga sekitarnya merubah daerah yang semula berupa rawa-rawa  dan mengelolanya menjadi Hutan Kota.
Memang di Banda Aceh sendiri sudah memiliki berbagai ruang terbuka hijau yang terdiri dari beberapa taman dan tersebar di berbagai lokasi. Namun yang paling luas dan popular adalah Hutan Kota BNI Banda Aceh yaitu seluas 7,15 Ha
Masterplan Hutan Kota BNI Banda Aceh sumber
Banyak sekali manfaat yang saya  pribadi dan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam khusunya bagi warga kota Banda Aceh rasakan dengan adanya Hutan Kota BNI  antara lain:
Sebagai sarana rekreasi favorit keluarga yang murah meriah.
Jembatan sebagai pintu masuk ke Hutan Kota BNI
Murah karena untuk masuk ke Hutan Kota itu gratis…tis..tis hanya dikenakan biaya untuk parkir kendaraan saja dan kita sudah bisa menikmati berbagai fasilitas yang ada di Hutan Kota seperti jembatan penyeberangan, jalur pejalan kaki, musholla, tempat wudhu, toilet, jembatan tajuk pohon (Ramp Canopy Trail), jembatan atas bakau (Magrove Boardwalk) area pepohonan, kolam bakau dan pembibitan, lapangan basket, juga taman tematik dan taman kontemplasi yang merupakan lokasi favorit di Hutan Kota BNI.
Bahagia rasanya melihat anak-anak gembira berlari dan bermain di alam terbuka menikmati angin yang berhembus dan matahari yang bersinar hingga mereka mandi keringat  disini dibandingkan melihat mereka  bermain di mall yang jika keseringan malah secara tak langsung mengajarkan mereka gaya hidup komsutif.
Sebagai sarana olahraga
Hutan Kota juga menjadi sarana olahraga bagi warga kota Banda  Aceh.  Dikala sore hari atau saat weekend tiba kita bisa melihat beberapa anak muda bermain basket atau futsal dengan memanfaatkan lapangan olahraga yang ada.  Saya  sering sekali membawa anak-anak saya untuk jogging pagi atau sekedar berlari-lari kecil disini. 
Anak-anak bebas berlari-lari di Hutan Kota BNI
Sebagai sarana edukasi
Ada 25 jenis habitat burung yang menetap disini dan 95 jenis pepohonan dengan jumlah total saat ini mencapai 3500 pohon termasuk tanaman buah dan tanaman langka.  Belum lagi hewan-hewan kecil lainnya seperti ikan kepala timah, kepiting kecil yang terdapat di tambak.
Dengan dilengkapi dengan papan nama di setiap pohon memudahkan saya untuk mengajarkan dan memberitahu anak-anak saya  tentang berbagai jenis vegetasi dan fungsi ekologi. Hutan Kota BNI membuat saya bisa  mengenalkan dan mengajarkan anak-anak saya cinta pada alam sejak dini.
Vinka dan shidiq sedang mengamati ikan kepala timah
Oya suami saya dan juga beberapa komunitas fotografi sangat suka melatih talenta mereka dalam mengabadikan moment disini karena setiap sudut Hutan Kota ini sangat menarik dan sayang jika tidak diabadikan melalui lensa kamera.
Hutan kota juga dimanfaatkan beberapa komunitas  lainnya untuk melakukan berbagai kegiatan seperti  kajian  Alquran yaitu kegiatan dengan beberapa orang anggota duduk mengelilingi sang pemateri membaca ayat-ayat suci Al-Quran kemudian mendengarkan siraman  rohani yang diberikan.
Tempat Bermain
Beberapa mainan yang berada di Hutan Kota BNI
Di Hutan Kota juga tersedia berbagai sarana bermain untuk seperti ayunan, jongkat-jangkit, tangga berbentuk setengah lingkaran dan masih banyak lagi. Membuat anak-anak  betah berlama-lama disini.
Fungsi Kesehatan
Udara  di Hutan Kota BNI ini segar banget apalagi ketika angin berhembus sepoi-sepoi. Rasanya setiap kali saya kemari kepala terasa ringan karena udara yang segar bisa mempengaruhi tingkat kejernihan darah yang mengalir ke otak. Memandang tumbuhan hijau membuat mata saya segar dan perasaan menjadi lebih tenang.
Dan masih banyak lagi manfaat yang saya rasakan sebagai warga kota Banda Aceh dengan adanya Hutan Kota BNI. Terima kasih banyak kepada BNI dengan program berbaginya  yang berhasil memberi kami satu tempat rekreasi gratis dengan banyak fungsi dan kebaikan yang bisa dipetik. Semoga BNI semakin berprestasi dan konsisten dengan program berbaginya.

Monday, 29 June 2015

Makan Masakan Jepang di Kantin Hana

Sebenarnya udah lama banget ingin cobain yang namanya mie ramen dan masakan Jepang lainnya. Tapi takut nggak sanggup makan soalnya dengar-dengar masakan Jepang itu banyak yang berupa ikan mentah gitu. Sedangkan aku ikan masak aja kadang-kadang nggak sanggup makan, berasa anyir dihidungku. Sejujurnya aku sangat picky eater. Kata papa Vinka kalau model-model kaya aku, susah bertahan hidup di Jepang :p, karena kebanyakan makanannya berbahan dasar ikan dan  kurang rasa untuk lidah indonesiaku, kecuali kalau masak sendiri tentu saja :P.

Wednesday, 7 January 2015

Wahana Kuta Malaka, Aceh Besar

Sabtu kemarin, akhirnya dengan modal nekat kami berhasil pergi dan  nyobain satu tempat rekreasi  di kawasan Aceh Besar dengan modal tanya saudara jalan menuju ke sananya. 
Wahana Kuta Malaka terletak di kawasan Aceh Besar. Jalan menuju ke sana juga mudah ditemukan dari ikuti saja jalan utama banda aceh menuju kawasan pasar samahani (setelah sibreh) dan kita ada menuju dua jalur di sebelah kanan dengan papan petunjuk wahana Kuta Malaka
Peta Aceh tempat wisata Aceh Besar di Kuta Malaka



Salah satu bentuk Kolam dan gazebo di Kuta Malaka

Kolam ini cocok untuk anak-anak usia tiga tahun ke atas

Sisi lain Kuta Malaka, Aceh Besar
Fasilitas di Wahana Kuta Malaka ini selain area parkirnya yang luas, kolam renang dengan berbagai ukuran dan permainan air juga dilengkapi restoran, ruang ganti dan musholla, area sepeda listrik. Oya selain wahana waterboom, Kuta Malaka juga mempunyai wahana air terjun tujuh tingkat, tapi wahana ini belum selesai dibuat dan jalan menuju kesana  masih berupa jalan tanah belum ada pengerasan. 

Saturday, 19 July 2014

Rumoh



Rumoh Aceh manisfestasi dari keyakinan masyarakat dan adaptasi
terhadap lingkungan serta menunjukan status sosial seseorang

Rumoh atau rumah dalam bahasa Indonesia merupakan perlambang”kemandirian dan otoritas” seorang laki-laki Aceh. Hal ini mengacu pada salah satu hadist Rasullah saw mengenai ukuran kecukupan  seorang laki-laki muslim yaitu memiliki tiga hal pokok yaitu rumah yang luas, isteri yang sholeha dan kendaraan yang baik.

Sudah menjadi adat masyarakat Aceh, jika seorang laki-laki sudah berkeluarga, maka dia cenderung  ingin mandiri pisah tempat tinggal baik dengan keluarganya sendiri, apalagi dengan keluarga isteri(mertuanya).

Sehingga  membangun rumah pribadi merupakan suatu keharusan, terutama berkaitan dengan eksistensinya sebagai kepala keluarga. Pepatah Aceh mengatakan beulagee rangkang blang, penting mangat tareupang yang artinya walau gubuk, enak kaki untuk terjulur.

Tareupang  bisa juga diartikan sebagai lambang kebebasan seorang laki-laki di rumahnya tanpa perlu merasa sungkan dalam melakukan aktivitas apapun. Tidak seperti ketika tinggal seatap bersama mertua  semua yang dilakukan harus diperhatikan benar mulai dari cara berpakaian, tidur, duduk dan berbicara jangan sampai melanggar sopan  santun dalam keluarga.

Jarang sekali kita temukan dalam masyarakat Aceh satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga, jika pun itu terjadi, pasti dalam keadaan terpaksa dan biasanya sifatnya hanya sementara saja.

Di desa-desa Aceh akan kita temukan sejumlah rumah yang tidak memiliki pagar pembatas dan bahkan dari beberapa rumah itu hanya memiliki satu sumur. Ini menandakan  bahwa rumah-rumah tersebut milik satu buah keluarga yang di sebut sekuru.

Sekuru biasanya terjadi karena pasangan yang baru menikah belum cukup mapan untuk membeli tanah dan membangun rumah sendiri sehingga orangtua mereka menyediakan tanah yang berada dalam kawasan  rumah induknya untuk dibangunkan ruamah untuk anaknya yang sudah berkeluarga.
Dalam masyarakat Aceh yang kental dengan syariat Islam, fungsi  rumah sebagai tempat beribadah dan hidup. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan sebuah rumah dilaksanakan dengan upacara atau keunduri.

Keunduri merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah. Tujuan utamanya adalah untuk menolak bala atau penyakit. Upacara adat ini biasanya diisi dengan doa tulak bala, tepung tawar  (peusunteng/peusijuk).

Besarnya keunduri tergantung pada kemampuan pemilik rumah. Jika orang berada maka keunduri dilaksanakan hingga  menyembelih kambing sebagai menu utama makanannya. Apabila yang memiliki rumah orang serderhana atau biasa saja dalam taraf ekonominya  biasanya keunduri hanya menyembelih beberapa ekor ayam saja.

Pada umumnya tidak ada yang berbeda dalam upacara mendirikan rumah di seluruh Aceh. Baik dalam menentukan hari yang tepat, memilih bahan baku bangunan hinga melakukan peusijuk atau suntingan rumah.

Untuk menentukan waktu yang tepat mendirikan rumah, biasanya dalam masyarakat Aceh selalu memilih bulan-bulan yang baik seperti zulhijjah dan syawal atau bulan lainnya disesuaikan dengan bulen di langet (perhintungan qamariah) bukan perhintungan syamsiah atau masehi.

Jika seseorang ingin membangun rumah atau menghuni rumah baru, selalu dikonsultasikan kepada para Teungku atau orang-orang tua yang memiliki ilmu mengenai hal tersebut terlebih dahulu.

Selanjutnya pelaksanaan pendirian rumah dilakukan setelah tanah pertapakan sudah ditentukan dan bahan-bahan telah tersedia. Kegiatan ini dilakukan dengan bergotong-royong atau disebut meurame  dengan mengundang ahli waris yang berdekatan atau kuru berserta tetangga yang datang (ureung lingka) untuk bersama-sama mendirikan rumah dengan arahan dari Utoh, utus (tukang pembuat rumah) dan didampingi oleh tetua gampong (teungku dan keuchik)



Salah satu model  rumah  dahulu di Aceh
Salah satu bentuk rumah bantuan untuk korban tsunami di Aceh
Saat ini rumah di Aceh  terus mengalami perkembangan dalam struktur bangunannya. Sehingga banyak yang meninggalkan bentuk rumah adat untuk beralih ke struktur bangunan baru seperti rumoh santeut (rumah panggung), rumoh tampong limong (rumah model bubung lima), rumoh bate (rumah beton) yang tidak menggunakan tangga dan sebagainya.


Rumah yang tidak lagi berpola adat Aceh atau rumah yang berasitektur modern dalam masyarakat Aceh disebut sebagai rumoh Belanda. dirangkum dari berbagai sumber.

Tuesday, 29 April 2014

Tsunami Site: Electrical Generator ship Banda Aceh VS Kyotokumaru Japan


Tsunami Site: Electrical Generator ship Banda Aceh
Photo Source: Personal collection
Right on 26 December 2014 is the momentum of the Acehnese people in commemorating 10 years of the Tsunami . Still fresh in our memory about the enormity of this disaster , but after 10 years have passed , we have to see the future.
.
Work harder to build Aceh can be done by all parties , not only of the Government , the private sector such as small home industry will certainly be one of the sectors that deserve to be prioritized . Aceh had receive a lot of support from foreign donations in terms of community empowerment during post-tsunami, of course, we should appreciated that  by working hard and diligently to create a sustainable society
Model of Electrical Generator Ship
Photo Source: Personal collection
 .
This is very different from what happened in Japan after the 2011 earthquake and tsunami that hit the Tohoku region (northern Japan) . It can be said that they receive very little support from outside / foreign and rely more on resources from their own country. Despite losing of their property but the Japanese people are very patient, does not look explosive emotions, they still retain cultural queued for various basic needs, even in any situation.

Tsunami Tourism Site
In Banda Aceh there are a few tsunami sites which attracted tourists both local and foreign to visit. Such as Floating Ship on the roof top in Lampulo , Electrical Generator ship in Punge , Tsunami Museum , etc. .
In other countries, there is not much site regarding on Tsunami memorial site or building. If we compare with Japan, after the earthquake and tsunami after 2011, it can be said there is no more building or the remnants of the disaster that made as memorial. Due to the basic of Japanese culture which is a bit sentimental and have a deep impression of a thing and did not want to remember it again if these considered as unfavorable things.
Kyotokumaru
Photo source:AFP
 For example , in the port town named  Kesennuma , there was a large ship with 330 tons “Kyotokumaru” is slightly smaller than the Electrical Generator ship in Punge , but what happened ? At first, there were pros and cons between those who wish to keep it to be one proof of the tsunami and others who feel sad  (because every time  they see the ship will remind them of the missing relatives).

To make a decision, the local government of Kesennuma city arranges a referendum among citizens of the city, and the results can already guess where the majority (almost 70 %) of community wanted that the big ship for demolish.
 .
Indeed, many parties who deplore the decision of Kesennuma city residents, but for them life must go on, although there is no remnants of the disaster that can be used as a warning for future generations, which might be thought that the huge tsunami it just a fairy tale sheer.

Tsunami Site: Electrical Generator ship
Photo Source: Personal collection
We should feel lucky living in Aceh, where there are a lot of memorials that can give lessons for the next generations and of course the tsunami sites need to be maintained and kept together.

For example: 2,600 tons Electrical Generator ship belongs to PT PLN (National Electrical Company) was initially brought to Banda Aceh to support the electricity supply in Banda Aceh by 10, 5 Megawatts. Due to the conflict in Aceh, there were so many towers of electricity broken and power supply is interrupted. This Ship which has ​​1,900 square meters and 63 meters length had swept
away around 5 km from the Ulele coast to  Punge Blang Cut village in Banda Aceh. Until now Electrical Generator ship still in the city center and used as tsunami memorial.
Visitor Electrical Generation Ship
Photo Source: Personal collection

Even this Electrical Generator ship exposed to the brunt of the tsunami waves, the ship still in a good shape. Banda Aceh city government make 2 hectares educational park around this site. This educational park is equipped with tsunami information records following by photographs are captured when the disaster happened. Bridges were also built so that visitors can enjoy sightseeing from all sides.

Not far from the Electrical Generator ship, there is an inscription as high as 2.5 meters. Inscription round shaped clock that shows the time clock 07.55WIB, right when tsunami waves struck Aceh. In miniature tsunamis are also embossed image and the shape of a house which was swept away by the tsunami.



 
Inscription bridge and round the clock monument view from electrical generator ship
Photo Source: Personal collection

Visiting hour
Photo Source: Personal collection


Sunday, 27 April 2014

Adakah Mesjid di kota Banda Aceh?



Kubah Mesjid Raya Baiturrahman dilihat dari  arah Taman Sari
Sumber foto: Koleksi Pribadi

Kota Banda Aceh yang terletak di paling barat Indonesia merupakan ibukota dari propinsi Aceh. Sejak jaman dahulu  kota Banda Aceh sudah ramai dikunjungi oleh para pedagang dari seluruh dunia. Setelah periode anemisme, propinsi  Aceh dipengaruhi oleh budaya Hindu yang masih dapat dilihat dari beberapa situs di Aceh Besar serta dari kebiasaan kebiasaan masyarakat yang masih tertinggal hingga kini. Setelah periode ini, maka masuklah periode dimana agama Islam masuk ke wilayah ini. Pada mulanya, arsitektur mesjid-mesjid di Aceh masih mempertahankan arsitektur Aceh kuno yang sangat dekat dengan kebudayaan Hindu, namun seiring berjalannya waktu, saat ini arsitektur kuno tersebut sudah sangat jarang sekali ditemukan. Arsitektur mesjid di Aceh lebih banyak dipengaruhi oleh Arsitektur timur tengah, maupun juga perpaduan diantaranya. Disamping itu juga muncul beberapa mesjid yang bertemakan bangunan-bangunan modern.
Berikut penulis akan mencoba mengulas beberapa Mesjid yang berada di kota Banda Aceh.

Mesjid Raya Baiturrahman
Mesjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh ini pada mulanya memiliki desain khas Aceh kuno, namun setelah mengalami kerusakan parah akibat perang melawan Belanda, pihak Belanda mencoba mengambil hati rakyat Aceh dengan membangun kembali mesjid ini dengan Arsitektur yang baru.
Mesjid ini telah mengalami beberapa kali perluasan dari bangunan dasarnya yang berukuran 537,91 m2  menjadi  4.760 mdapat menampung hingga 9000 jama'ah. Dari mesjid  berkubah satu yang dibangun pemerintah Belanda di tahun 1879-1883 Hingga kini memiliki tujuh kubah, dan empat  menara.dan satu menara induk. Ruangan dalamnya yang dilapisi lantai marmer, buatan Italia. Membuat sejuk dan betah berlama-lama ketika berada di dalam mesjid.
Mesjid Raya Baiturrahman tahun 1881
Sumber foto: google

Tampak samping Mesjid Raya Baiturrahman 1881
Sumber foto: google


Tower Mesjid Raya Baiturrahman
Sumber foto: Koleksi pribadi
Mesjid Raya Baiturrahman di malam hari
Sumber foto: Koleksi pribadi
Mesjid Al Makmur 
Mesjid Al Makmur yang berlokasi di desa lamprit ini telah berdiri sejak 1979 namun  mesjid ini sempat rusak parah pada Desember 2014  karena dihantam oleh gempa dan tsunami yang dahsyat. Kemudian Pemerintah Oman memberikan bantuan untuk kembali membangun mesjid ini dengan lebih megah dan bergaya timur tengah, sehingga terkadang ada yang menyebutkan nama lain bagi Mesjid ini yaitu Mesjid Oman.
Mesjid Al Makmur di kala Magrib
Sumber foto: Koleksi pribadi
Mesjid Al-Makmur Lamprit
Sumber foto: Koleksi pribadi

Mesjid Baitul Musyahadah
Mesjid ini terletak di desa Geuceu Kaye Jato, kecamatan Banda Raya, arsitekturnya yang unik dan cukup menarik untuk disaksikan. Mesjid ini juga dikenal dengan nama Mesjid Teuku Umar atau Mesjid Meukeutop, dikarenakan bentuk kubahnya yang mengadopsi bentuk kopiah khas Aceh yang biasa dipakai oleh Teuku Umar dalam berperang melawan tentara Belanda. Dahulu lahan  Mesjid ini bmerupakan Taman Ghairah atau taman tempat bermain anak muda pada masa Kerajaan Iskandar Muda.

Tampak Kubah Mesjid Teuku Umar yang menyerupai kopiah khas Aceh
Sumber foto: Koleksi pribadi


Sisi lain dari  Mesjid Baitul Musyahadah
Sumber foto: Koleksi pribadi


Mesjid Besar Pahlawan
Mesjid ini terletak di desa Ateuk Pahlawan, persis di depan Taman Makam Pahlawan – Banda Aceh. Sejak awal dibangun, mesjid ini sudah bergaya arsitektur timur tengah. Posisinya yang cukup strategis membuat mesjid ini cukup ramai dikunjungi oleh umat muslim baik siang atau malam hari.
Mesjid Besar Pahlawan
Sumber foto: Koleksi pribadi

Mesjid Peunayong
Mesjid ini berdampingan dengan pasar Peunayong – Banda aceh, biasa digunakan oleh para pedagang di pasar peunayong untuk beribadah. Letaknya yang berada di pinggir sungai Krueng Aceh menambah komposisi keindahan dari mesjid ini.
Mesjid Peunayong
Sumber foto: Koleksi pribadi

Suasana di Sekitar Mesjid Peunayong
Sumber foto: Koleksi pribadi
Mesjid Baiturrahim
Mesjid ini terletak di desa Ulee Lheue, Meuraxa. Dibangun oleh Teuku Teungoh yaitu ulee balang kemukiman Meuraxa pada tahun 1343 H telah  mengalami beberapa kali renovasi. Pernah rusak parah ketika diterjang tsunami namun sekarang telah bisa dipergunakan kembali.
Mesjid Baiturrahim dari masa ke masa
Sumber foto:  http// kebudayaa.kemdikbud.go.id



Mesjid Teungku Dianjong
Mesjid ini terletak Peulanggahan, Meuraxa. Peulanggahan sendiri berasal dari kata persinggahan, karena dahulu tempat ini merupakan tempat persingahan bagi mereka yang menuntut ilmu. Pada mulanya mesjid ini berkontruksi dari kayu namun  hancur  diterjang tsunami dan menyisakan pondasinya saja.Kini telah dibangun mesjid baru  dengan kontruksi beton namun tetap mengikuti arsitektur traditional Aceh sebagaimana bentuk Mesjid Teungku dianjong sebelumnya.


Mesjid Teungku Dianjong dengan kontruksi kayu
Sumber foto:  http// kebudayaa.kemdikbud.go.id      
Mesjid ini pada mulanya dibangun sebagai tempat belajar(dayah/pesantren) yang didirikan oleh  Teungku Dianjong pada tahun 1769 M. Setelah kemerdekaan RI masyarakat setempat mulai menggunakan bangunan ini sebagai mesjid. Pada tahun 1982 setelah  dipugar sebelumnya dayah ini diresmikan penggunaannya sebagai mesjid

Mesjid Teungku Dianjong kini
Sumber foto:http://suarakomunikasi.com

Tips Liburan Seru Tanpa Drama di Banda Aceh

  Menikmati kopi di salah satu sudut di Kota Banda Aceh           Siapa yang tidak sabar menunggu liburan datang? Libur akhir tahun adalah m...