Yeah udah masuk hari keempat menulis 1000 kata, kali ini tema yang harus ditulis mengenai support sytem. Setiap blogger pasti punya support system masing-masing.
Support system utamaku di dunia blogger
adalah suamiku.
Dari
pertama kali aku terjun ke dunia blogger, suamiku yang memegang peranan penting
untuk mulai ngeblog. Dia yang mendorongku untuk menulis di blog. Dia yang
memotivasiku untuk terus menulis, menulis apa saja dan jadikan itu kebiasaan
yang bagus.
Suamiku
dulu juga punya blog, nggak tau blog berbayar atau tidak, yang pasti sudah
pernah mendapat surat cinta dari google blognya. Sekarang karena kesibukan di dunia nyata
akhirnya dia tidak pernah ngeblog lagi, tapi blog gratisannya masih ada di
wordpress. tunis23.wordpress.com
Ngeblog
itu tidak sesederhana kelihatannya,
hanya menulis dan menayangkan tulisan di blog. Ada proses menulis yang
juga memakan banyak waktu, apalagi kalau mood lagi not good. Ide-ide pada mampet. Belum lagi aktivitas sebagai ibu
rumah tangga dengan anak tiga dan si bungsu yang special need children yang lumayan menguras
tenaga.
Apalagi
ketika deadline datang, baik itu deadline blogwalking maupun deadline menulis.
Perlu keluasan hati pasangan untuk mengambil alih tugas rumah tangga yang belum
terselesaikan seperti menjaga si bungsu, mengajak dia bermain, mengontrol si
bungsu ke toilet secara teratur, menyikat giginya, menidurkannya
Setiap
malam ketika deadline tiba, suami akan melakukan peran itu, karena jika tidak
aku akan keteteran. Aku rasa setiap blogger sukses pasti memiliki pasangan yang
hebat yang mengerti keadaannya dan mendukung mereka walau ketika mereka sedang
lelah. Begitulah komitmen tidak tertulis menjadi pasangan seorang blogger.
Harus
siap ketika pasangannya sibuk di depan laptop. Dicuekin, diminta pengertiannya
kalau sampai larut malam bahkan pagi menjelang shubuh masih di depan laptop
bermain dengan tuts-tuts keyboard, karena ide terkadang sangat lancer ketika
deadline tiba atau ketika larut malam ketika para bocah sudah terlelap dalam
tidurnya.
Sejauh
ini, tidak ada masalah yang serius
selama aku menekuni dunia blogger, kecuali ketika deadline tiba jangan
ganggu bisa jadi sangat cerewet dan sangat galak, karena ini menyangkut
komitmen yang harus diselesaikan.
Masalah
piring kotor, cucian numpuk dan setrikaan menggunung itu bisa dilakukan setelah
deadline selesai. Karena sesungguhnya ada kepuasan tersendiri ketika satu
tulisan selesai dibuat tanpa revisi, dan ini bersinergi membuat hati lebih
happy dan tenang.
Otomatis
pekerjaan rumah tangga jadi lebih ringan juga dilakukan karena hati sudah
tenang, makanya aku sangat berat meninggalkan dunia ngeblog atau menulis karena
ini seperti terapi jiwa bagiku.
Seperti
sekarang sebenarnya kehidupan nyata lagi sedikit berantakan, hampir tiap hari
selama hampir dua bulan setiap teringat kejadian itu membuatku selalu menangis. Tidak ada yang mengerti yang aku rasakan,
karena tidak berada di posisiku dan aku juga tidak pandai bercerita secara
detail runut sehingga mereka tidak mengerti. Kebiasaan menulis alur maju mundur
dan diterapkan di dunia nyata ternyata membuat banyak orang bingung.
Ngeblog
pelarian paling nyaman yang bisa aku lakukan selain berdoa dan berusaha dan Alhamdulillah
suamiku sangat mendukung aku ngeblog kembali daripada lihat istrinya melamun,
tiba-tiba nangis sendiri.
Suamiku
tahu semua masalahku, tapi karena aku tipikal orang yang suka mendam sendiri masalah
kecuali udah berat banget baru cerita, itupun tidak semua emosi tersampaikan,
oleh karenya aku sangat butuh untuk ngeblog untuk terapi jiwa kalau bisa rutin
karena ini sangat menenangkan.
Support system kedua
Support
system kedua adalah anak-anakku, Alhamdulillah mereka pelipur lara, Si bungsu
anak surgaku dia sangat penyayang dia akan sering memelukku baik aku senang
maupun sedih.
Seringkali
mereka inspirasiku menulis, seperti permasalah kesehatan yang anak-anakku
hadapi dan bagaimana pengobatan yang mereka lalui.
Berkat
mereka juga aku punya banyak kenalan baru dari berbagai kota yang memiliki
permasalah kesehatan yang sama dengan anak mereka microsefali.
Anak
sulung dan anak keduaku juga sering membantu pekerjaan rumah tangga dengan mengajak bermain si bungsu, seperti sekarang
ini. Bantuan dari kedua anakku sangat berarti apalagi ketika aku merasa
kelelahan. Mereka akan bergantian kuminta tolong mengawasi adekknya terutama ketika suami tidak ada di rumah.
Si
bungsu yang hobi manjat apapun, yang gerakan cepat seperti flash Gordon tidak
boleh sedikitpun lengah dalam menjaganya, Ada saja kelakuannya. Seperti
beberapa hari lalu aku sempat shock ketika mendapati si bungsu sendirian
bermain di dalam mesin cuci yang masih tercolok listrik. Untungnya tidak
terjadi apa-apa.
Support
system Ketiga
Support
system yang ketiga adalah orang tua, aku ingin mereka bangga memiliki anak
sepertiku. Aku sering meminta mereka untuk mendoakanku agar mudah rezeki agar
bisa membuat mereka bahagia. Semoga Allah selalu menjaga mereka meski aku
jarang bisa mengunjungi.
Support System Keempat
Support
system yang keempat adalah teman-temanku. Meraka tempatku bertukar pikiran,
tempat aku wawancara dadakan ketika aku kekurangan respondent, tempat berbagi tawa dan canda. Terkadang aku
berpikir rezeki terbesarku bukanlah harta melainkan memiliki teman-teman yang
baik.
Tema-teman
yang baik yang apa adanya dan bukan ada apanya. Teman yang selalu berkata benar
tapi tidak selalu membenarkan kata-kataku. Teman yang meski semua memiliki
kesibukan tersendiri namun menyempatkan diri menanyakan kabarku.
Teman
yang meski dia sedang susah tetap berusaha menolong, membantu sebisa mungkin
semua permasalahan yang sedang aku hadapi. Alhamdulillah … Alhamdulillah…Alhamdulillah
nikmat manakah yang akan aku dustakan.
Empat
support sytem yang kumiliki tidak hanya di dunia blogging tapi juga di dunia
nyata Insya Allah selamanya akan seperti itu.
Ketika
mengingat hal ini aku tak henti mengucap syukur, karena di luar sana berapa
banyak suami yang bisa memahami istrinya, memberi kesempatan agar istrinya maju
dan berkembang.
Di
luar sana berapa banyak anak yang protes kesibukan orang tuanya, merengek ini
itu tanpa henti, tanpa mau memahami apa yang sedang orangtuanya hadapi, mereka
hanya menuntut tanpa mau mengerti Alhamdulillah anak-anakku , anak yang manis
meski mereka banyak bertanya dan membuatku kewalahan untuk menjawab yang
membuktikan mereka anak cerdas.
Orangtua
yang baik yang tidak banyak menuntut, di luar sana berapa banyak orang tua yang
mengutuk anaknya. Di luar sana berapa banyak orangtua yang menyesal melahirkan
anaknya. Diluar sana berapa banyak orangtua yang hanya mengharap uang anaknya.
Di luar sana berapa banyak orang tua yang masih mendoakan anaknya.
Teman-teman
yang baik, di luar sana berapa banyak orang yang merasa kesepian karena tidak
memiliki teman. Di luar sana berapa banyak orang yang memiliki teman tapi
menikam dari belakang. Di luar sana berapa orang yang mengaku sahabat tapi
membuka aib sahabatnya. Di luar sana berapa banyak sahabat yang menjadi musuh.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal