Thursday, 25 April 2019

Banda Aceh Di Mataku

Banda Aceh adalah kota yang spesiial semakin lama aku tinggal di sini semakin aku mencintainya.
Pertama kali aku menginjakan kakiku di Banda Aceh ketika usiaku enam atau 7 tahun. Saat itu liburan sekolah sekaligus liburan puasa dan lebaran.


Saat itu juga, merupakan pertama kali aku mencicipi kuliner khas Aceh, ada sirup kurnia yang dicampur timun surin, sie reboh, kuah plieuk u, nasi goreng kampong. telur kelapa, kuah beulagong, timphan, srikaya, meuseukat, mie Aceh dan masih banyak lagi, membuat aku selalu terbayang untuk kembali lagi, mencicipi kulinernya kembali.
Mie aceh

******
Ketika aku kelas tiga SMP, ayahku mengajukan diri untuk pensiun dini karena rindu kampong halaman. Beliau kemudian  membeli sepetak  tanah untuk memulai hidup barunya menjadi petani dan wiraswata dan itu juga membuat kami sekeluarga harus pindah dari Bandung ke Banda Aceh.

Sembilan tahun sejak pertama kali menginjakan kakiku di Banda Aceh, membuatku penasaran bagaimana wajah kota Banda Aceh sekarang, apakah semua orang harus memakai jilbab dan peci karena merupakan negeri syariah? Apa mereka tau teknologi terkini?

Setelah benar-benar pindah ke Banda Aceh baru aku tahu jawabannya. Iya benar Aceh letaknya di ujung Sumatera tapi itu bukan berarti orang Aceh gagap teknologi, kampungan atau tidak trendi.

Iya memang benar Aceh, bumi serambi Mekkah. Tapi itu tidak menghalangi orang beragama lain juga hidup harmonis di Banda Aceh.

Kamu bisa melihat komplek Pecinan di Peunayong di mana warga yang keturunan Cina tetap menggunakan pakaian yang mereka suka tanpa tekanan harus berjilbab meski agama berbeda.

Bahkan kini perayaan agama lain juga mulai bisa disaksikan secara umum di Banda Aceh, seperti  bagaimana Etnis Tionghoa merayakan  Imlek. Itu bukti bagaimana masyarakat Aceh sangat toleran terhadap pemeluk agama lain, dan setiap hari berinteraksi dengan baik. 

Memang banyak hoaks yang beredar mengenai Aceh tapi lebih baik membuktikan sendiri dengan datang ke Banda Aceh mengenai kebenarannya. Seperti ketika teman dekatku bertanya perlukah  membuat surat izin  pacaran, karena sekarang aku tinggal di Aceh. Membuat aku langsung tertawa, wah benar-benar banyak hoaks tentang Aceh yang harus diluruskan.
*************

Ketika Desember 2004 melanda Aceh memporak-porandakan semua termasuk usaha keluarga kami yang sedang maju-majunya.  Membuat semua harus diperjuangkan dari nol kembali. Sedih iya, trauma pasti ada, terpuruk itu pasti, tapi itupun tak membuat kami ingin pindah ke tempat lain.

Kota ini terlalu banyak menyimpan kenangan untuk ditinggalkan. Bagaimana nilai-nilai agama melekat kuat,  adat dijaga dengan baik, kejujuran masih dijungjung tinggi.

Justru bagiku pribadi Tsunami adalah teguran Allah SWT untuk lebih banyak memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Ilahi. Mungkin kita terpuruk sebentar tapi karena iman di dada mengajarkan kami orang Aceh jangan berputus asa, bersama-sama kita memperbaiki, membersihkan, membangun Aceh, membentuk wajah Aceh lebih mempesona daripada sebelumnya.
aku di barak pengungsian tsunami
Sekarang tak terasa sudah 814 tahun usia kota Banda Aceh. Kotaku terus berbenah dan makin mempesona., makin banyak gedung-gedung tinggi, fasilitas pelayanan untuk masyarakatnya juga makin banyak dan semakin baik.

Banda Aceh meraih referensi layanan pendidikan di Aceh dari pemerintah Aceh, Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan 2017 dari Kemendagri RI, IKAPI AWARD kategori Social Achievement dari Ikawapi dan Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap standar Pelayanan Publik dari Ombudsman RI.

Kawasan kumuh di Banda Aceh juga semakin tertangani bahkan menjadi obyek wisata baru di Banda Aceh  sebagai bahagian dari program kota tanpa kumuh seperti  revitalisasi Krueng Daroy yang menjadikan kawasan ini menjadi obyek wisata baru.

Jalan-jalan sore di Taman Krueng Daroy


Pemerintah kota juga telah berupaya maksimal mempromosikan kota ini, baik dengan mengundang investor dan menggelar berbagai acara yang dapat meningkatkan wisatawan berkunjung ke Aceh yang secara otomatis itu juga berpengaruh pada sektor ekonomi yang menjadi sangat dinamis dengan menempatkan sector pariwisata, perdagangan, hotel dan restoran sebagai unggulan kota.
 
festival perahu
Masih membahas mengenai wisata,  Banda Aceh memiliki paket destinasi wisata plus-plus yang asyik dan unik. Ibarat kata pepatah sekali dayuh dua tiga pulau terlewati begitu juga dengan paket wisata di Banda Aceh, sekali pergi kita dimanjakan dengan paket lengkap wisata yang sarat khazanah budaya.
Pesawat RI-01

Mulai dari wisata budaya, wisata sejarah seperti gunongan, museum Aceh, Taman putroephang, monument pesawat RI-0.
 
Gunongan
Wisata makam seperti makam Sultan Iskandar Muda, kuburan massal, Kerkop  Peutjoet, makam Syiah Kuala.
Museum tsunami
Wisata tsunami seperti ke Museum Tsunami, PLTD apung, Kapal di atas rumah. Wisata bahari Pantai-pantai di Banda Aceh tak kalah bagusnya dengan pantai lain yang ada di luar negeri atau pantai yang ada di Bali seperti  pantai Ulee Lheu, Alue Naga, Kampung Jawa, Pantai Syiah Kuala. Wisata alam ke hutan kota Tibang, hutan kota Rusunawa.

Wisata kuliner seperti menikmati kuah beulagong, sie reboh, sie itiek,  kuah pliek u, timphan, srikaya, meuseukat, kopi, sanger, mie Aceh, kue bhoi, karah, telur kelapa, keumamah, kuah asam keueng dan masih banyak  kuliner khas Aceh lainnya yang wajib kamu coba.
kuah beulagong

Wisata belanja ke pasar Aceh, Suzuya Mall, car free day dan masih banyak lagi destinasi wisata lainnya, “benar-benar plus-pluskan.”

Berkunjung ke Banda Aceh akan menjadi pengalaman berharga karena banyak hal yang dapat dipelajari dari sejarah, budaya dan tak ketinggalan kulinernya yang bikin lidah berdansa.

Enaknya lagi kalau kamu berlibur di Banda Aceh hanya memerlukan waktu beberapa menit saja jika ingin berwisata dari satu tempat ke tempat lain. Tidak perlu bermacet-macet ria di jalan seperti di kota-kota besar.
*******

Oya, sekarang aku sudah menjadi ibu beranak tiga, tapi kekaguman dan rasa cintaku terhadap Banda Aceh dan penduduknya semakin menjadi.

Seperti hari minggu tanggal 21 April 2019 kemarin, aku mengantar anakku yang pertama mengikuti lomba mewarnai di taman Putroephang saking tergesa-gesanya aku sampai tak sadar jika kunci sepeda motor masih tertinggal di motor.

Aku baru menyadari kunciku hilang ketika hendak pulang, panik sudah pasti, berkeliling taman sudah kulakukan tapi kunci motorku belum juga ditemukan. Hingga akhirnya petugas parkir taman Putroephang menegurku, “Kenapa kunci kereta dibiarkan saja, kalau hilang bagaimana siapa yang harus bertanggung jawab?” sambil mengembalikan kunci sepeda motorku.

“Masya Allah, Allah Akbar, di tahun 2019 masih ada orang baik dan jujur, padahal bisa saja motorku diambil, dijual. Hasilnya pasti lebih besar dari gaji si bapak tukang parkir tapi seperti kataku di awal kejujuran masih nomor satu di Aceh.

Jadi jika kalian masih bingung kenapa harus ke Banda Aceh, kenapa aku jatuh cinta dengan kota ini jawabannya ada di video ini. Jadi tunggu apalagi ayoo ke Banda Aceh dan rasakan sensasinya.

Referensi : https://acehmonitor.com/wali-kota-paparkan-keberhasilan-pada-sidang-paripurna-hut-kota-banda-aceh-ke-814/
 Semua foto  merupakan koleksi pribadi

28 comments:

  1. wuah keren ya
    dalam hidupku, aku harus ke Aceh, minimal sekali aja
    sebagai pengingat bahwa saya pun punya rasa iba dan duka mendalam terhadap saudara2 di aceh

    ReplyDelete
  2. Masyallahh, Masih dijunjung tinggi tingkat kejujurannya di Aceh mbak
    Alhamdulillah juga Aceh semakin berbenah dan menjadi lebih baik lagi hingga kini. Smeoga suatu saat nanti bisa berkesempatan dapat berkunjung ke serambi Makkah ini, amin ^_^

    ReplyDelete
  3. kayaknya kalau ke Aceh aku bakalan banyak jajan, banyak yang harus dicicip

    ReplyDelete
  4. Hanya bisa bilang, keren. Dan ku jadi makin pengen ke museum tsunami. Ingin menjejak tentu saja

    ReplyDelete
  5. Aku bertanya-tanya sama diri sendiri, kapan ya bisa ke Banda Aceh? Mupeng. Aku pernah ke Aceh waktu kecil, tapi bukan Banda Aceh-ya. Waktu itu aku liburan ke tempat papaku dinas. Selama di sana kerjanya cuma berenang di laut sampai malamnya sakit.
    Semoga akan sempat kembali berkunjung ke Aceh bareng suami.

    ReplyDelete
  6. Sama sekali belum pernah ke Aceh.., tapi sering makan mie Aceh.., itu mie Aceh sekali gede bikin laper hahah

    Negri kita kaya akan kuliner..punya cita rasa khas..masing2..

    Jangan ada yang sampai..boikot masakan sendiri..ntar kalo diakuinya negara lain nyesel..

    #loh ini kemana bahasan..
    Wkwkw


    ReplyDelete
  7. Kak heri, kita sama-sama di banda aceh tapi belum pernah sekalipun ketemu ya. Heheheh

    ReplyDelete
  8. mantul banget nih di kota aceh banyak juga makanan dan kota wisatanya pun ada banyak banget jadi pingin kesana

    ReplyDelete
  9. Wow usia kota Banda Aceh sudah 814 tahun, luar biasa, saya pengen banget ke Banda Aceh karena ada paman dan bibi dari pihak suami yang tinggal di sana tapi belum kesampaian juga nih, moga ada rezeki bisa ke sana

    ReplyDelete
  10. Logatnya gak kaya orang Banda Aceh sama sekali, kak Khairiah.
    Aku juga dulu numpang lahir di Sumatera Utara, tapi yang pernah ke Banda Aceh, hanya Bapak dan Ibu.
    Aku belum pernah menginjakkan tanah ke Kota Serambi Mekah ini.

    Kagum sama kesholihan kota ini...
    Tergambar jelas...

    ReplyDelete
  11. Oh kalau nyebut motor itu kereta, eh sama gak sih kyk org Malaysia mbak?
    Untung maish rezeki yaaaa....
    Wah sudah setua itu ya kota Banda Aceh...
    Btw aku pengen jg nih ke Aceh, aku blm pernbah nginjek tanah Sumatra hehe...

    ReplyDelete
  12. Aku belum pernah ke Aceh nih. Inget pas tsunami sedih banget rasanya..alhamdulillah sudah bisa bangkit ya Aceh. Kalai di Jogja ada beberapa resto Aceh gitu aq suka pesen mi Aceh

    ReplyDelete
  13. aku pengen banget ke banda aceh, makan mie aceh langsung disana hehe.. blum kesampaian ke ujung barat Indonesia.. ke timur terus :(

    ReplyDelete
  14. Belum pernah ke Banda Aceh sayaa. Moga ada rezeki bisa berkunjung ke Serambi Mekkah. Kagum dengan semangat juga masyarakat di sana. Bisa bangkit setelah tsunami.

    ReplyDelete
  15. Baca bagian sekarang Aceh lebih terbuka sama agama lain bikin adeeemm. Moga2 toleransi makin meningkat ya di sana. Dan moga2 aku bisa menyambangi Aceh suatu hari. Penasaran sama mie aceh dan kopi asli sana tuh

    ReplyDelete
  16. Aceh yang paling aku inget adalah makanannya. Karena aku ga pernah kesana.. Mie aceh roti cane.. Enak sekalikk

    ReplyDelete
  17. Jadi enggak bener ya setiap orang menggunakan kerudung di sana (yang perempuan)? Kiraiiinn... soalnya kapan hari temanku dinas bbrp lama di sana, koq tetep disuruh menggunakan kerudung.

    Kulinernya asyik2 kalau di Aceh ya, yang jelas terjamin halal karena kan bumi Serambi Makkah. Aku suka banget dengan Mie Aceh. Di Semarang udah ada beberapa yang jualan, sukaaa banget kulineran menikmatinya bareng keluarga.

    ReplyDelete
  18. Masya Allah kerennya mba.. aku dari duku suka sekali dengan provinsi Banda Aceh.. ingin sekali bisa kesana..

    ReplyDelete
  19. Aku kok penasaran sama Mie Aceh tu gimana rasanya yah mbak
    Kok aku pernah tahu gitu ada yang bilang rasanya enak. dan segi enaknya itu kek gimanaa, yg pengen nyobain dehh wkkwkw

    ReplyDelete
  20. Aceh dg hukum Islamnya tidak seseram yg dibayangkan ya mba. BTW, ngiler dg mie Acehnya

    ReplyDelete
  21. Ahh semoga one day bisa ke Aceh. Banyak tempat dan kuliner yang pengin dicoba. Sampai sekarang belum nemu mie Aceh yang cucok. huhuhu

    ReplyDelete
  22. Dari kuliner yang disebut, aku baru nyobain Mie Aceh. Itupun nyobainnya di Jakarta. Hihihi. Beruntung tukang parkirnya jujur ya, Mbak. Masih rezekiiii.

    ReplyDelete
  23. Akupun jadi pengen ke Banda Aceh mba. Di komplekku ada orang Aceh juga, jadi suka cerita keindahan dan kuliner yang enak disana.

    ReplyDelete
  24. Saya penasaran dengan Banda Aceh. Pengen suatu saat bisa ke sana.

    ReplyDelete
  25. Mie Aceh tuh salah satu makanan kesukaanku, mba...kalo belinya di Aceh rasanya jauh le lebih enak kali ya.... :)

    ReplyDelete
  26. Aku belum sampai ke Banda Aceh nih mba.. doakan bisa tiba di sana ya segera. Cantik!

    ReplyDelete
  27. Suamiku pernah ke Aceh. Waktu mengurus bantuan untuk pengungsi Rohingya di Aceh. Dan sampe sekarang doyan banget makan mie Aceh untungnya di Jogja ada yg jual mie Aceh ibi

    ReplyDelete
  28. Belum pernah ke aceh tapi ngerasakan kulinernya mi aceh udah pernah dan enak banget

    ReplyDelete

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal