Friday, 16 November 2018

Ratu Sehari Pembantu Seuumur Hidup

Lagi ingin cerita yang ringan-ringan aja tentang sembilan tahun pernikahan kami, Aku jadi ingat sewaktu sedang mempersiapan acara Intat Linto di rumah, teman baikku datang dan mengucapkan “
“Selamat menjadi ratu sehari, pembantu seumur hidup.”
Kalimatnya itu membuatku bertanya lebih lanjut. Kenapa dia mengucapkan selamatnya seperti itu? Apa dia tidak bahagia dengan pernikahanku?
Sahabatku langsung tersenyum, dan seperti biasa dia membuatku melihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Kami mulai berdiskusi mengenai makna ratu sehari, pembantu seumur hidup.
Rupanya ungkapan satire ini sudah merupakan sesuatu yang lumrah dikalangan para istri atau seseorang yang akan meninggalkan masa lajangnya dan menyandang gelar istri.
Menjadi ratu sehari di pelaminan, dilayani makanan dan minuman, berdandan secantik mungkin dan bersalaman dengan semua tamu-tamu denga wajah bahagia.
Namun setelah itu,jika kamu bukan artis, bukan orang kaya yang , bukan wanita karier, kamu harus melakukan rutinitas yang kadang difilm korea hanya di kasih lihat sisi romantisnya saja dalam kehidupan rumah tangga.
Ketika kamu menikah pasti yang kebayang hanya yang indah-indah saja. Bisa hidup bahagia dengan orang pilihan, atau setidaknya kita bisa merasa sesuai, nyaman bersamanya.
Kita lupa tiba-tiba ada rumah yang harus dibersihkan, baju yang harus dicuci, setrikaan yang menumpuk, makanan yang harus dibeli dan dimasak. Belum lagi ketika buah hati beratem rebutan mainan atau hal sepele lainnya.
Tiba-tiba terjebak dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Mengeluh dianggap manja. Tak ada pujian ataupun ucapan terima kasih atas semua yang dikerjakan. Semua mengangap tugas istri dan ibu memang begitu.
Jadi jika dia tidak memasak, tidak menyetrika, tidak mengurus anak, tidak mencuci baju dan piring, tidak mengurus rumah tangga. Gelar istri dan ibu yang sudah melekat pada dirinya akan dicabut?
Sang suami ketika pulang bekerja, dia bisa beristirahat dengan nyaman sambil menikmati secangkir kopi dan acara televise favoritnya. Sementara sang istri ketika suaminya pulang bekerja, tetap bekerja menyiapkan segalanya agar harmonis, selaras, nyaman, damai.
Kapankah waktu istirahat istri, ibu? Setelah mereka menikah? Setelah semua pekerjaan rumah tangga selesai? Bagaimana jika pekerjaan itu tidak pernah selesai? Ada pasukan kecil yang meminta perhatian, minta ditemani bermain, manjat teralis ketika tidak diawasi, minta dibuatkan ini dan itu.
Menikah bukan berarti semua masalahmu selesai,bahkan mungkin ketika menikah akan muncul banyak masalah baru. Tapi kita tidak sendiri menghadapinya.
Mengenai ratu sehari, pembantu seumur hidup nanti juga kamu ngerti makna tersebut.

3 comments:

  1. ngertiii banget... dan ini yg bikin aku amat sangat menghargai para asistenku di rumah.. jujurnya ga kuat mba kalo hrs ngelakuin semua pekerjaan Rumah tangga itu sendiri, blm lg kantoran.. saluuuut ama semua ibu2 yg bisa bertahan tanpa asisten :)

    ReplyDelete
  2. Semangat mbaaa, kalau saya selalu berusaha tetep waras dengan mengubah pola pikir mba.
    Gak ada tuh yang namanya pembantu.
    Pembantu kan dibayar, gak punya hak kuasa atas rumah.
    Tapi kita beda.
    Kita kerja di rumah bukan karena disuruh, tapi karena cintah *tsah...

    Awalnya terkesan menyedihkan sih karena sesungguhnya saya menghibur diri dengan pola pikir itu.
    Namun Alhamdulillah, semakin hari dijalani, saya selalu merasa ditolong oleh pola pikir tersebut, saat saya sedang berada di titik terendah karena capek.

    ReplyDelete
  3. hahahah, Iya banget. Bagaimanpaun kita harus teteap semangat karena meski pekerjaan seorang ibu dianggap sebagai pembantu, kita harus ingat itu adalah ibadah. Ridho lebih baik agar menjadi pahala bagi kita MESKI tak mudah.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal

Tips Liburan Seru Tanpa Drama di Banda Aceh

  Menikmati kopi di salah satu sudut di Kota Banda Aceh           Siapa yang tidak sabar menunggu liburan datang? Libur akhir tahun adalah m...