72 tahun Indonesia merdeka, merayakan kebebasan
dari penjajah berkat jasa para pejuang kita. Semua warga Indonesia merayakannya
dengan mengadakan berbagai perlombaan, mulai dari panjat pinang, balap karung,
lomba makan kerupuk dan lainnya. Baca juga
5 gunung terbaik untuk upacara 17 Agustus.
Di tengah kemeriahan perayaan 17 Agustusan saya menyempatkan
diri membaca tulisan mbak Nur Rochma
mengenai makna kemerdekaan bagi wanita di webnya KEB (Kumpulan Emak
Blogger) dan sukses bikin saya merenung dan ternyata saya belum merdeka.
Saya tahu kalau tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya
selalu ada hal yang harus dipertanggung
jawabkan di setiap langkah yang kita ambil. Apalagi setelah seorang wanita menikah, semua aktivitasnya
tentu harus seijin suaminya.
Masalahnya terjadi ketika suami mngijinkan tetapi keadaan
selalu tidak mendukung saya untuk mencari ilmu gratisan, bersosialisasi dengan yang
lain karena saya mempunyai anak bayi. Kenapa begitu sedikit sarana yang
mendukung ibu yang mempunyai anak kecil untuk maju.
Bagaimana saya bisa
maju atau wanita lain yang senasib dengan saya bisa maju secara finasial sedang
skill dan ruang yang saya punya untuk bergerak begitu terbatas.
Setiap ingin ikut kegiatan di luar rumah, yang terlintas di
kepala hanya apa boleh bawa anak-anak? Apakah anak saya akan nyaman selama
berlangsung kegiatan yang saya ikut
nanti atau anak saya justru nanti akan mengganggu konsentrasi peserta lain
apabila dia tiba-tiba rewel?
Seringkali akhirnya saya mengurungkan kegiatan di luar demi
anak-anak dan akhirnya menimba ilmu di dunia maya yang artinya saya harus
mengorbankan masa istirahat saya, baik itu tidur malam atau siang demi maju dan
berhasil.
Saya belum merdeka, karena ruang gerak saya masih terbatas
dan belum terfasilitasi dengan baik, ketika saya harus mengikuti rapat orang
tua murid sambil membawa bayi dan harus menyusui tak ada tempat untuk menyusui
dengan leluasa karena wali murid laki-laki dan wanita digabung di ruang yang
sama.
Saya belum merdeka, ketika mengendarai kendaraan umum dan
membawa bayi sedang di dalam angkutan masih saja ada orang tak peka, merokok
dengan seenaknya tak peduli ada bayi di hadapannya.
Saya belum merdeka, ketika membaca berita di koran, majalah
dan media sosial lainnya justru timbul rasa takut pada diri saya sehingga tidak
merasa nyaman berada di luar rumah.
Saya belum merdeka sehingga harus memproteksi anak-anak
sedemikian rupa, menjejali mereka dengan segala nasehat dan petuah agar mereka
tidak merasakan apa yang namanya dibully atau menjadi pembully.
Saya belum merdeka, ketika berjalan di jalan raya, sedang
hati saya was-was dengan tingkah pola pengendara motor yang masih belia namun
sudah diijinkan orangtuanya membawa kendaraan sebelum waktunya.
Saya belum merdeka, karena masih banyak hal yang saya cemaskan
dan membuat saya merasa tidak nyaman.
Sedangkan menjadi ibu itu berarti mengasah kepekaan
terhadap sesama, seperti yang mbak Nur Rochma tulis, bagaimana saya bisa peka
jika yang saya rasa hanya takut, cemas dan tidak nyaman.
Yang memang semua itu masalah saya sendiri, saya tahu semua
ada masanya, nikmati saja apa yang kita miliki dan tetap berusaha semaksimal
kita mampu.
Tapi pernahkah terlintas masih banyak wanita-wanita di luar
sana yang belum merdeka. Terpaksa bekerja keras demi keluarga bekerja pagi
hingga malam karena suaminya malas bekerja. Atau masalah KDRT yang kian
menggila, ketika suami merasa berkuasa dan istri hanya pembantu yang pantas
dihina, kemudian dipakai kembali seperti
tak terjadi apa-apa, setelah sumpah serapah dan bogem mentah yang dilontarkan
hilang dari ingatan di kepala.
Yakin kita wanita yang merdeka? Karena merdeka bukan
masalah semboyan saja, ini soal rasa dan ekspresi jiwa.
Merdekanya aku yang paling sederhana pas bisa masak Indomie pake cabe rawit. Hahahaha. Soalnya di rumah Indomie diumpetin
ReplyDeleteSaya mba, yang sering kursus online demi menambah ilmu. Padahal ikutan workshop bisa menambah pertemanan secara nyata, interaksi lebih baik. Tapi kemudian saya berpikir, mungkin kesempatan saya baru bisa ikutan online, hihi.
ReplyDeleteJudulnya puitis mb. Tapi dg punya blog mbak khairiah tentunya sdh meredeka untuk mengekspresikan pikiran dan gagasan
ReplyDeleteto some extent, saya sepertinya sudah merdeka. Well, berharap agar bisa selalu bis amenjadi diri sendiri dan mengekspresikan jiwa..
ReplyDeleteDalam beberapa hal sepertinya saya sudah merdeka dengan bisa kemana-mana tanpa minta sangu orang tua dan tidak dibebani pertanyaan "kapan menikah". hehe
ReplyDelete