Judul Buku :Blak-blakan
Our secret, kasus psikologi dari negeri syariah
Penulis : Nur Janah Al -
Sharafi
Penerbit : Batavia
Publishing
Jumlah halaman : × + 293
ISBN : 978-602-74960-0-2
Tahun terbit : Cetakan
I,September 2016
Setiap orang mempunyai
masalahnya masing-masing. Salah satu masalah yang sering dikeluhkan oleh orang
tua adalah mengenai anak. Bagaimana anak
mereka seolah kering nilai, mati rasa, susah diatur.
Hal ini dikarenakan banyak
pihak terlena dengan dominasi aspek intelektual dalam dunia pendidikan anak.
Akibat dominasi aspek ini para pihak ( orang tua, dunia pendidikan dan pihak terkait
lainnya) mengorbankan kepentingan si anak demi memaksakan syahwat kekuasaannya.
Dunia anak adalah dunia
bermain. Biarlah anak tumbuh dan berkembang dalam dunianya yang ceria dan penuh
warna.
Ketika seorang anak
bermain,proses pengembangan diri anak sedang berlangsung. Lihatlah bagaimana
aspek intekletual anak akan terasah melalui permainan warna, permainan bentuk,
permainan suara dan permainan lainnya yang mengasah intelegensi dan
kreativitasnya.
Begitu juga ketika anak
melakukan permainan peran, ia akan belajar berperan sebagai sosok yang
diinginkan maupun sosok yang ditemuinya sehari-hari.Permainan peran juga menjadi wadah bagi anak untuk
berlatih memimpin , empati maupun ketrampilan sosial lainnya.
Bermain mampu
menghadirkan relasi yang manis antara orang tua dengan anak, guru dengan anak
serta lingkungan yang luas dengan anak.
Ketika orang tua
menghadapi persoalan anak, atau ketika guru menghadapi persoalan anak akan
makin jauh solusinya jika hanya mengandalkan “sang otak” untuk bertanggung
jawab menyelesaikannya. Ajaklah “sang hati”ikut serta dan berselancarlah dalam
dunia anak, solusi akan kita temukan di sana
Agresifnya si Buah Hati
Anggapan perilaku agresif pada seorang anak
karena faktor genetis, tidak sepenuhnya benar jika pun ada prosentasenya amat
kecil sekali. Frustasi atau kegagalan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan
juga sering dituding penyebab seseorang menjadi agresif.
Sesuai dengan penelitian Straus (1981) anggota keluarga sering mengekspresikan perilaku agresifnya karena masalah- masalah sepele, seperti soal kebersihan rumah, memasak, membuat PR, membuang sampah, pengaturan kursi dan lain sebagainya.Penyebab lain seorang anak menjadi agresif juga dapat karena proses belajar. Seorang anak akan belajar suatu perlaku berdasarkan pengamatannya terhadap orang lain. Orang lain di sini dapat berupa kehadiran orang secara nyata di depannya seperti orang tua, saudara, teman, dan lain-lain. Dapat juga kehadiran orang secara tak langsung misalnya melalui tayangan televisi dan buku cerita.
Proses peniruan seorang anak (imitasi) terhadap perilaku orang lain tidak berlangsung begitu saja, melainkan ia akan memilih orang-orang yang menurut penilaiannya penting, menarik, berkuasa, dan sebagainya.
bener juga, perilaku agresif anak bisa karena melihat contoh orangtuanya
ReplyDeleteiya mbak
Deleteanak adalah peniru yang baik mbaak, selaluu mengamati apa yang dikerjakan orang tua dan orang-orang disekitarnya :D jadi selama pertumbuhan itu, baiknya memberikan contoh yang baik-baik :D menghindari banyak marah dan banyak aturan, biar anak juga tidak meniru perilaku agresif yg dilakukan org tuanya :D makasih sharingnyaa mbak, salam kenaal :D
ReplyDeleteSalam kenal juga
DeleteWah, bukunya penting nih dibaca orangtua. Masih banyak belajar sebagai orangtua menghadapi perilaku anak yang macam2.
ReplyDeleteAsik nih kalau ada buku yang bahas tentang perkembangan anak :)
ReplyDeleteBener apa kata mbak Lucky, anak mempunyai sifat imitatif (meniru) dan umumnya akan membekas dalam waktu yang lama bahkan bisa mejadi prilaku permanen. Orang tua memang membutuhkan pemahaman. Buku yang penting dibaca oleh orang tua nih mbak...
ReplyDeleteseorang anak tukang copetpun, kalo kemudian dididik oleh seorang yang benar dan lurus, anak itu bakal jadi orang yg benar :).. terbukti kok, kalo sifat agresif anak itu memang bukan gen, tp hasil dia meniru dari sekelilingnya...
ReplyDeleteBener banget memang mbak , dunia anak dunia yang penuh warna bermain tanpa beban, jadi rindu masa kanak-kanak dulu hehehe
ReplyDeleteDunia anak penuh warna dan tanpa beban jadi pingin balik lagi jadi anak-anak
ReplyDeleteAgak serem aku sama anak agresif gini.
ReplyDeleteKarena kalo anaknya sudah over, jarang ada orang tua yang waras menanganinya.
Apalagi kehidupan di kota besar.
Stressful.
Haruskah anak kita mengalami hal seperti ini?
Buku ini menjawab semua pertanyaan aku yaa, mba..?
Bener deh, anak adalah peniru ulung. Ortu yang biasanya dijadikan panutan :D
ReplyDeleteiya mbak harusnya gitu
DeleteMakanya aku selalu usahain meluangkan waktu buat main sama anak-anak di tengah kesibukan pekerjaan rt n nulis plus sekarang ada bayi lagi. Walau durasinya ga sesering dulu,
ReplyDeleteiya mbak aku juga
DeleteBener banget mbak, anak kan mencontoh dari role model pertama mereka, yaitu orang tua
ReplyDeletesetuju
DeleteAduh harus berhati2 ya saat "agresif" depan anak, noted
ReplyDeletemakasih sharingnya ya mbaaakk
kita sebagai orang tua harus bertindak hati-hati di depan anak yaa Mbaa karena tanpa kita sadari secara diam-diam anak akan meniru apa yang kita lakukan
ReplyDeleteBuah jatuh kan tidak jauh dari pohonnya nah anak2 akan meniru apa saja dari lingkungan orang terdekat.
ReplyDeleteBener bgt ga cuma aspek intelektual yg mesti diasah tp bnyk hal lainnya, sungguh menjadi orangtua itu tanggung jawab yg teramat besar :)
ReplyDeleteIlmu yang harus dipelajari seorang ibu sejak dini ya mba, bahkan kayak aku yang belum menikah ini bisa jadi bekal.
ReplyDelete