Sejak kecil aku punya hobi baca,
hobiku bukan datang dengan sendirinya. Semua bermula ketika aku naik kelas satu
SD. Waktu itu aku belum bisa baca, bu guru memintaku membaca buku, aku
mengejanya dengan susah payah. Belum selesai satu kalimatku baca, bu guru sudah
menyuruh murid lain untuk melanjutkan membaca.
"Udah, sambung Popy dia belum
bisa baca." teringat sekali kata-kata Bu Guru pada saat itu hingga
sekarang. Rasanya perih, walaupun aku masih kelas satu SD aku merasa
dipermalukan dan diremehkan oleh Guruku sendiri.
Hatiku panas, di rumah aku berusaha
keras untuk bisa membaca. Tiap hari aku latihan membaca. Aku berharap suatu
saat ketika aku sudah lancar membaca, bu guru memberi kesempatan kedua untukku
membaca di dalam kelas dengan suara lantang dan mengubah penilaiannya
tentangku.
Kesempatan itu tidak pernah datang
lagi, Ibu guru itu hanya guru penganti, dan dia tak pernah kembali lagi sejak
hari itu di kelas kami.
Kembali ke hobi bacaku, sejak
kejadian itu aku sukanya bermain sama anak-anak yang pandai di kelas, biar
ikutan pandai. Dan ternyata teman-temanku yang pandai itu rata-rata punya
koleksi buku bacaan di rumahnya.
Aku sering pergi bermain ke rumah
mereka untuk pinjam buku, walau jarak rumahnya lumayan jauh dari rumahku hingga
beberapa km tak masalah buatku asal aku bisa membaca.
Aku mulai mengenal majalah bobo,
novel lima sekawan, majalah kawanku dan masih banyak bacaan keren lainnya. Di
sekolah juga hobi bacaku semakin menjadi setiap jam istirahat perpustakaan
menjadi tempatku berlabuh. Saking seringnya di perpustakaan terkadang, petugas
perpustakaannya suka minta tolong bantuin nyusun dan pindahin buku di
perpustakaan.
Ketika mulai bekerja aku yang hobinya
minjam buku sekarang punya hobi baru yaitu beli buku, setiap bulan sengaja
kusisihkan budget khusus untuk membeli minimal satu buku sebulan, aku punya
obsesi suatu hari nanti bisa memiliki sebuah perpustakaan pribadi.
Setelah menikah hobi membeli bukuku
sedikit berkurang, karena kebutuhan hidup…ha…3x.
Suamiku bilang “Kenapa nggak coba
nulis buku saja seperti J.K. Rowling dia juga dulu ibu rumah tangga biasa,
terus dia nulis buku Harry Potter yang
kemudian laris dan kini dia kaya raya.”
“Kaya raya…kaya raya kata itu terus
tergiang di telinga seolah ada yang dengan sengaja mengulangnya. Kalau aku kaya
berarti aku bisa bikin perpustakaan donk, Asyik, khayalanku seolah menemukan
jalan untuk terwujud.”
*****
Februari 2013 kami menjalani Long
Distance Marriage, seminggu sebelum keberangkatan papanya ke Jepang,
seharusnya aku mengikuti acara inagurasi FLP Aceh, tapi anak-anak tiba-tiba
sakit demam, seolah tak merestui emaknya punya kegiatan lain.
Mimpiku jadi penulis menjadi buram,
dan hampir terkubur. Ketika di timeline FBku tiba-tiba ada iklan kelas menulis yang
namanya mirip dengan nama penerbit besar di Indonesia.
Harganya yang sangat murah pada
saat itu, mebuatku tertarik mengikuti kursus menulis online. Semula aku sangat
bersyukur sekali, bisa mengikuti kursus menulis tersebut, namun keganjilan demi
keganjilan terus terjadi dalam selama aku menjalani kursus.
Jam pertemuan yang suka-suka, jam
ujian yang suka-suka (aku pernah ujian tanding puisi dari jam 11 malam hingga
jam 2 pagi) belum lagi ada scenario gurunya dibilang meninggal karena
kecelakaan motor, terus tiba-tiba gurunya hidup lagi dan bilang itu semua hanya
sandiwara, minta sumbangan untuk bikin
perpustakaan buat anak-anak jalanan dan terakhir guru menulisku minta tolong
dipinjamin uang (benar-benar kursus enulis yang aneh)
Lain waktu aku coba mengikuti
kompetisi menulis puisi di facebook dengan syarat harus mentag minimal berapa
orang, kalau menang puisinya akan dibukukan dan mendapat sertifikat.
Puisiku terpilih, dan akan
dibukukan menjadi antologi bersama pemenang yang lain tapi kok, aku harus bayar
untuk buku yang sudah kusumbang puisiku di dalamnya. (lomba yang aneh).
Di lain waktu aku menemukan nama
penulis besar di FBku dia berkoar-koar sedang dalam proyek buku baru yang
berminat bergabung tinggal inbox, Dia bilang jika mau bergabung dalam proyeknya harus membeli minimal tiga
bukunya dengan judul yang sama dan mengirimkan cerpen hasil karyaku.
Buku sudah kubeli, cerpen sudah
kukirim, tahun berlalu namun tak ada kabar tentang kelanjutan proyek itu.
(Sepertinya aku sudah tertipu oleh nama besar)
Di saat lain, aku kembali mengikuti
kursus menulis online dengan penulis ternama, yang karyanya ada dimana-mana. Kursusnya
bagus, berbobot tapi ideku surut entah kemana untuk mengerjakan tugas saja aku
tertatih rasanya masih banyak yang harus kubaca
.
Itulah kisahku dengan buku dari
mulai aku mengejanya, mencintainya, mengoleksinya, bermimpi bisa membuatnya
meski hingga kini mimpiku belum terwujud tapi aku semakin menghargai setiap
kata yang tersusun di seetiap buku yang kubaca.
"Postingan ini diikut sertakan dalam Giveaway Kisah Antara Aku dan Buku"
Pengen banget bisa menulis buku lagi
ReplyDeleteada saran penerbit yang mau menerbitkan buku2 dengan niche hobby kah sist?
Coba googling mas, aku kurang tau, masih belajar nulis
Deleteikut prihatin haeriah... sungguh banyak memang kelas online yang harus diwaspadai...:(
ReplyDeleteIya mbak
DeleteTerimakasih sudah mengikuti GA Kisah Antara Aku dan Buku. Nantikan pengumuman pemenangnya di tanggal 15 Nopember 2016.
ReplyDeleteSalam,
Izzah Annisa
Terima kasih
Deleteaku juga suka baca buku sedari kecil, Mbak
ReplyDeletesuka nulis pulaaaa
Saya juga suka baca buku,mbak. Suka beli buku terus dibiarin ga dibaca-baca juga sering hahahaha..
ReplyDeleteMemang kita harus hati-hati dalam berkata-kata, ternyata terekam banget ya mbak di hati ... tapi ternyata jadi awal perkenalan dan petualangan dengan buku ya ..
ReplyDeletePerjuangan yang hebat mbak, tetap semangat berkarya
ReplyDeleteYour content info is very good. valentine day week list 2022
ReplyDelete