Dulu,
yang kebayang di kepalaku kalau ngomong pernikahan adalah setelah ijab Kabul kita
akan bahagia selamanya seperti kisah Cinderella dan putri lainnya di dalam
dongeng dan cerita yang kubaca.
Aku
ingin diperlakukan layaknya seorang ratu oleh suamiku, karena ayahku
memperlakukan layaknya seorang putri.
Tapi,
setelah menikah khayalan tingkat tinggi itu perlahan memudar, karena kenyataan
hidup tidak seindah cerita dongeng. Hidup tak semulus kulit bayi, banyak
kejutan-kejutan yang membuatku tersadar diperlakukan layaknya ratu atau puteri itu ternyata membuat dilema tersendiri.
Sekilas
memang sangat menyenangkan dimanjakan oleh suami. Tugas kita hanya menunggunya
pulang kerja dan mengurus rumah. Semua kebutuhan sudah dia sediakan. Tak usah mikirin
kepanasan, kehujanan atau keberatan bawa barang belanjaan karena itu tugas mas
suami.
Memang
nyaman diperlakukan seperti itu tapi kok perlahan tapi pasti aku jadi tergantung sekali sama suami. Dulu memang hal ini nggak
menjadi masalah, karena suami selalu stand by setiap aku butuh.
Hingga
akhirnya pada satu titik, perjalanan rumah tangga kami harus melakukan
keputusan besar dan sulit. Mengambil kesempatan besar yang ada dan menjalani long distance marriage (LDM) selama
setahun. Kami harus keluar dari zona nyaman yang selama ini kami bangun.
Sebenarnya
ada rasa ragu menyelinap apa aku sanggup
jauh dari mas suami apalagi ada dua balita yang harus kujaga selama menjalani
LDM, tapi aku sadar ini bukan saatnya untuk manja.
Buat
kamu ladies yang sedang keluar dari
zona nyaman, atau sedang menjalani long
distance relationship (LDR) kamu
harus baca artikel ini : Perempuan Tidak Boleh Selalu Manja, Ini Alasan KamuHarus Menjadi Perempuan Tangguh.
Balik
lagi ke cerita LDM ku. You know what, kita tidak akan pernah
tahu sampai mana kekuatan kita, sebelum kita mencoba. Di awal-awal menjalani
hubungan jarak jauh ini memang terasa sangat sulit. Hampir tiap hari ada air
mata yang jatuh, tapi waktu mengasah dan menjawab semuanya.
Ada aja kejadian yang membuat kita mikir setiap hari, seperti
laptop yang tidak–tiba nggak bisa detek
modem, kena virus, pas diinstal ulang speakernya malah nggak ada
suara, modem rusak, aku harus install
banyak program sendiri padahal biasanya aku hanya tinggal pakai laptop urusan
virus, instal program urusan mas suami.
Mastiin anak-anak dapat hiburan meski bapaknya sedang nggak ada |
Belum lagi masalah peran ganda yang harus kujalankan menjadi seorang ibu sekaligus menjadi seorang
ayah buat anak-anak ternyata tidak mudah, (aku jadi semakin kagum sama para
single mom di luar sana, (kalian luar biasa)).
Aku harus masak, mencuci, mengatur keuangan, belanja, membayar
ini itu, mengasuh, bermain sama anak-anak, mengantar mereka, memberikan
hiburan, memastikan mereka sehat, dan masih banyak lagi pekerjaan yang rasanya
nggak habis-habis.
Selama LDM aku jarang punya waktu ngobrol dengan orang lain
selain dengan anak-anak dan suami pada jam-jam tertentu lewat skype, kesepian
udah pasti.
Tapi aku harus tetap waras donk ngadapinnya, sayang anak-anak
kalau emaknya stress, waktu tidur juga berkurang karena saat kami menjalani LDM
si kakak lagi toilet training sedangkan si adek masih ASI, jadi kalau malam
bangun si kakak ke kamar mandi sambung beri ASI si adek, berat bedan turun
hingga 38 kg mata panda sampai susah dihilangkan.
Belum lagi pas anak-anak sakit bersamaan, rasanya badan mau
ikutan tepar udah nggak sanggup lagi, tapi kalau bukan aku, siapa lagi yang
bisa mereka andalkan untuk mengurus, merawat mereka.
Soal keuangan juga bukan masalah yang mudah, di awal kepergian
papanya, stok susu untuk si kakak dan diaper mereka habis sementara uang di saku hanya cukup untuk
makan sampai akhir bulan.
Sempat kepikiran untuk cari kerjaan tambahan biar dapat uang,
tapi anak-anak siapa yang urus?Lagian mana ada orang yang mau beri kerjaan ke
emak-emak yang bawa anaknya ke tempat kerja?
Mau nggak beliin susu rasanya kok rasanya nggak tega, kasihan
banget lihat si kakak, dia lagi senang-senangnya minum susu. Akhirnya hanya
bisa mandangi bocah-bocah sambil nangis, sementara si kakak terus nanya, “kapan
papa pulang?”
Tapi, Alhamdulillah yaa, pas lagi hampir putus asa gitu, tiba-tiba
ada yang bayar hutang, langsung bisa senyum lagi, bersyukur banget, Alhamdulillah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah.
Setelah menjalani LDM aku sadar ternyata apa yang membuat kita
sedih, takut atau putus asa, jika kita berhasil melewatinya justru bisa jadi
sumber kekuatan kita. Kalau kata Friedrich Nietzsche “That which does not kill us, makes us
stronger.”
Tapi kalau disuruh ngulang lagi jalani LDM, dengan mantap pasti
kujawab cukup sekali aku merasa..(sambil jogged dangdut ha..3x)
Istri yang bisa LDM memang tangguh. Kalau saya sih udah gak sanggup :D
ReplyDeletesama toos
Deleteaaaahh, gak kebayang jd istri tp jauh dr suami mak :) hehe single blum bs ngomong beginian :D
ReplyDeletehe....3x, dari singlelah harus dipikirkan semuanya
Deleteaku nggak sanggup kalau kudu ldm :") makanya milih resign dan semua dari awal karena cintaaa halah :v
ReplyDeletesuit3x, ada ceritanya di blog nggak aku mau baca ahh
DeleteSaya pny tmn yg LDR, mengasuh mertua, 2 anak balita, mengajar, dan tanpa pembantu..
ReplyDeleteSaya sering dicurhati..
Masya Allah perjuangannya mbak..
Semoga kalian para wanita2 tangguh ini diberikan imbalan yg luar biasa indah dari Allah
aamiin
Deleteya, tiap orang punya cobaan dan kesanggupan masing-masing..
ReplyDeletebetul mbak
DeleteAku penganut LDM juga Mbaaa, Alhamdulillah terbiasa jadi mandiri dan tangguh, serba sendiri dah, ampe angkat galon dll nya hahahhaa
ReplyDeletemasa2 angkat galon itu...bikin senym pas mengenangnya, bikin sakit pinggang pas melakukannya, aku sempat benerin atap yang bocor loh mbak
DeleteSalut deh dengan oaea LDM. Aku pernah ngerasain 2 tahun LDM di awal pernikahan. Dan itu gak enak banget. Padahal baru punya 1 anak balita. Gak kebayang kalo sekarang LDM. Huaa.. dijamin super rempong. 4 jempol buat para LDM. :)
ReplyDeleteaku sekarang anaknya udah 3,kalo LDM lagi bisa2 tinggal tulang aja
DeleteSemangat ya mba. Aku belum pernah LDM dan sepertinya tak sanggup. Kecuali jika amat sangat terpaksa
ReplyDeletekita nggak tau sesuatu sanggup atau nggak sampai kita mencobanya
Deletesemangat mba. kayaknya kalo istri ku ga bisa kalo LDM dia pasti ngintil kemana saya pergi :D
ReplyDeletealhamdulillah masa itu sudah berlalu
DeletePerlu extra semangat ya mba.. LDM memang tidak mudah :)
ReplyDeleteberat banget,mknya cukup sekali ajaa
DeleteAda beberapa teman di sini yg LDM juga. Suka salut dengan yang LDM ini. Tapi pasti dibalik kesukaran ada kemudahan ya Mbak..
ReplyDelete