Saya suka mengamati aktivitas jual beli yang ada di sana. Bagaimana para pelaku mass market berusaha dengan skill mereka masing-masing dan berharap omzet yang mereka dapatkan terus bertambah sehingga dapat memperluas usaha mereka.
Usia tak menghalangi mereka untuk terus berusaha, memupuk asa yang mereka punya demi orang-orang tercinta. Tua, muda dan belia mencoba peruntungan mereka disana. Walau terkadang hasilnya tak seberapa tapi tetap disyukuri dan tak menyerah, meski kadang lelah menyergap tapi itu tak menghalangi langkah mereka untuk terus berusaha dengan semangat yang baru setiap harinya.
Salah satu pelaku mass market yang saya kenal adalah Amir yang berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Amir aslinya dari Jawa Barat, dia meninggalkan istri dan anakya yang masih berusia satu tahun dan merantau ke Banda Aceh demi peruntungan yang lebih baik.
Di Aceh, dia menyewa sebuah rumah bersama teman-temannya yang sama-sama berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Sehari-hari Mas Amir berjalan kaki berkeliling hingga belasan km dari tempat tinggalnya menjajakan keahlian mejahit sepatu dan sandal yang rusak.
Satu sepatu atau sandal yang rusak dihargai Rp 10.000-15.000 ribu rupiah tergantung tingkat kerusakannya. Hasil keringatnya dia bagi untuk keperluannya sehari-hari disini dan sisanya dikirim ke kampung untuk anak istri. Benar-benar perjuangan hidup yang keras.
Lain Amir, lain pula perjuangan mass market Keumamah yang berada di kawasan Lampulo. Keumamah atau dalam bahasa Indonesianya Ikan Kayu, merupakan makanan khas Aceh. Proses pengolahannya juga lumayan panjang. Dari mulai pemilihan ikan yang segar, kemudian ikan-ikan itu dibersihkan lalu direbus setelah itu dijemur setelah benar-benar kering baru dipasarkan, dengan dibubuhkan tepung di atasnya untuk mencegah bakteri berkembang.
Keumamah dikenal makanan perang. Dahulu para pejuang Aceh seringkali membekali dirinya dengan lauk ikan keumamah selain karena gizinya yang tinggi dan rasanya yang enak. Keumamah juga tahan lama hingga berhari-hari.
Bayangkan jika usaha rumahan keumamah ini gulung tikar, bukan saja kerugian bagi pelaku usahanya saja tapi juga sebuah tradisi terancam akan ikut hilang. Generasi mendatang Aceh lebih mengenal hamburger, spagetti, pizza dibandingkan ikan keumamah, karena sudah jarang orang Aceh memasak keumamah. Sungguh sangat disayangkan.
Makanya saya merasa sangat berterima kasih sekali dengan adanya mereka terutama mass market ikan keumamah ini, mereka bekerja bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarganya tapi juga secara tak langsung telah membuat sebuah tradisi atau budaya tetap terjaga.
Benar-benar semangat yang wajib ditiru. Selain itu berkat mereka saya jadi tetap bisa menikmati menu favorit saya dan mengenalkan kuliner khas Aceh ini pada anak-anak serta teman-teman di luar Aceh melalui foto dan tulisan diblog. Apalagi yang lebih indah daripada melihat sebuah tradisi terjaga rapi dan abadi.
Melihat kerja keras, kegigihan dan perjuangan mereka rasanya tergerak hati ini untuk bisa membantu agar usaha mereka terus berkembang dan senyum mereka bisa mengembang.
Awalnya saya bingung bagaimana caranya saya bisa membantu mereka dengan kapasistas saya sekarang ini. Setelah googling di internet ternyata ada lho Bank yang fokus dan konsisten melayani segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil (Mass Market) yaitu BTPN Sinaya.
Sesui dengan namanya Sinar yang memberdayakan, BTPN Sinaya mengimplementasikan sebuah model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk, layanan serta kegiatan sehari-hari dimana seluruh dana masyarakat di Sinaya disalurkan kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro dan kecil.
Dengan menjadi nasabah di BTPN Sinaya kita sebagai nasabah turut menciptakan kesempatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta UMK untuk tumbuh dan menjadi lebih berarti. Nasabah BTPN Sinaya juga dapat berbagi ilmu pengetahuan dan memberikan pelatihan melalui Program Sahabat Daya.
Supaya lebih memahami bagaimana dana kita tumbuh di Ban Sinaya, yuk ikuti simulasi menabung untuk memberdayakan di link ini. Setelah login, pilih jenis bidang yang ingin kita berdayakan agar sesuai dengan target yang ingin dicapai. Misalnya saya yang ingin membantu usaha pengolahan keumamah maka bidang yang saya pilih adalah culinary. Setelah itu masukkan berapa jumlah uang yang ingin kita tabungkan dan jangka waktu menabung.
Misal saya menabung Rp.500.000,- per bulan selama sepuluh tahun setelah klik hasil simulasi maka kita akan mendapat dana yang terhimpun akan tumbuh menjadi Rp.78.477.587. Dengan dana sebesar itu tentu saja sangat bermanfaat bagi usaha keumamah di Lampulo agar bisa meningkatkan produksinya dan mengemasnya agar lebih modern sehingga omzet yang didapat juga otomatis akan meningkat.
Usia tak menghalangi mereka untuk terus berusaha, memupuk asa yang mereka punya demi orang-orang tercinta. Tua, muda dan belia mencoba peruntungan mereka disana. Walau terkadang hasilnya tak seberapa tapi tetap disyukuri dan tak menyerah, meski kadang lelah menyergap tapi itu tak menghalangi langkah mereka untuk terus berusaha dengan semangat yang baru setiap harinya.
Mass Market di Banda Aceh, usia tak jadi hambatan mereka terus berusaha |
Di Aceh, dia menyewa sebuah rumah bersama teman-temannya yang sama-sama berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Sehari-hari Mas Amir berjalan kaki berkeliling hingga belasan km dari tempat tinggalnya menjajakan keahlian mejahit sepatu dan sandal yang rusak.
Satu sepatu atau sandal yang rusak dihargai Rp 10.000-15.000 ribu rupiah tergantung tingkat kerusakannya. Hasil keringatnya dia bagi untuk keperluannya sehari-hari disini dan sisanya dikirim ke kampung untuk anak istri. Benar-benar perjuangan hidup yang keras.
Sambil terus bekerja Amir dengan sabar menjawab pertanyaan Shidiq |
Keumamah dikenal makanan perang. Dahulu para pejuang Aceh seringkali membekali dirinya dengan lauk ikan keumamah selain karena gizinya yang tinggi dan rasanya yang enak. Keumamah juga tahan lama hingga berhari-hari.
Bayangkan jika usaha rumahan keumamah ini gulung tikar, bukan saja kerugian bagi pelaku usahanya saja tapi juga sebuah tradisi terancam akan ikut hilang. Generasi mendatang Aceh lebih mengenal hamburger, spagetti, pizza dibandingkan ikan keumamah, karena sudah jarang orang Aceh memasak keumamah. Sungguh sangat disayangkan.
Makanya saya merasa sangat berterima kasih sekali dengan adanya mereka terutama mass market ikan keumamah ini, mereka bekerja bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarganya tapi juga secara tak langsung telah membuat sebuah tradisi atau budaya tetap terjaga.
Benar-benar semangat yang wajib ditiru. Selain itu berkat mereka saya jadi tetap bisa menikmati menu favorit saya dan mengenalkan kuliner khas Aceh ini pada anak-anak serta teman-teman di luar Aceh melalui foto dan tulisan diblog. Apalagi yang lebih indah daripada melihat sebuah tradisi terjaga rapi dan abadi.
Usaha Keumamah di Lampulo Banda Aceh |
Awalnya saya bingung bagaimana caranya saya bisa membantu mereka dengan kapasistas saya sekarang ini. Setelah googling di internet ternyata ada lho Bank yang fokus dan konsisten melayani segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil (Mass Market) yaitu BTPN Sinaya.
Sesui dengan namanya Sinar yang memberdayakan, BTPN Sinaya mengimplementasikan sebuah model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk, layanan serta kegiatan sehari-hari dimana seluruh dana masyarakat di Sinaya disalurkan kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro dan kecil.
Dengan menjadi nasabah di BTPN Sinaya kita sebagai nasabah turut menciptakan kesempatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta UMK untuk tumbuh dan menjadi lebih berarti. Nasabah BTPN Sinaya juga dapat berbagi ilmu pengetahuan dan memberikan pelatihan melalui Program Sahabat Daya.
Jadi selain mendapat
hasil optimal dari tabungan juga turut terjun langsung memberdayakan masyarakat,
dan pada akhirnya ikut menjadi
bagian dalam perkembangan masyarakat Indonesia karena hasil yang kita dapat menjadi tumbuh.
4 Langkah Simulasi Menabung Untuk Memberdayakan Bank BTPN |
Misal saya menabung Rp.500.000,- per bulan selama sepuluh tahun setelah klik hasil simulasi maka kita akan mendapat dana yang terhimpun akan tumbuh menjadi Rp.78.477.587. Dengan dana sebesar itu tentu saja sangat bermanfaat bagi usaha keumamah di Lampulo agar bisa meningkatkan produksinya dan mengemasnya agar lebih modern sehingga omzet yang didapat juga otomatis akan meningkat.
Hasil Simulasi Menabungku |
Kalau hal itu benar-benar terjadi saya akan senang sekali, karena apalagi yang membuat hidup #lebih berarti selain berbagi kebahagian dengan sesama. Oleh karena itu, yuk sama-sama kita bantu agar usaha mereka berkembang dan senyum mereka mengembang dengan menabung untuk memberdayakan di BTPN Sinaya.
Mari menabung untuk Memberdayakan |
Sumber Informasi :
http://menabunguntukmemberdayakan.com
http://www.btpn.com/berita-and-media/siaran-pers/btpn-sinaya
Aku juga suka ke mass market lebih ramah harganya
ReplyDeleteSelain itu banyak variannya
Wah dg bank ini bisa nimbun modal dengan menabung sedikit demi sedikit gitu ya
dengan menabung dibank sinaya uang kita bermanfaat juga untuk membantu mass market :) makasih dah berkunjung mbak nita
DeleteAku kangen pasar2 di Sumatra karena ikannya banyak, macem2 & segar2.
ReplyDeletebetul banget tuh mbak :) dan juga murah
Deleteudh lama bangettttt ga makan ikan keumamah.. dulu pas msh tinggal di aceh mama srg bikin ini ikan di gulai aceh gitu... enaaakkk ^o^... ah kangennya
ReplyDeleteayoo ke aceh mbak biar makan keumamah lagi
DeleteSaya sudah lama nggak belanja ke pasar tradisional, tapi ada beberapa tukang sayur mangkal di perumahan di dekat rumah saya jadi saya sering ke sana. Ada juga tukang sayur yang datang tiap pagi ke rumah. Modal jualan mereka pasti juga besar, harus bangun pagi buta & beberapa masih manggul dagangan pakai bakul. Bener2 kasi contoh tentang kerja keras & saya nggak pernah tega mau nawar, biasanya cuma beda 500 perak bahkan sama harganya seperti di pasar. Sukses ya Mbak buat ngontesnya.
ReplyDeleteiya mbak apalagi kalau yang jualannya udah tua
Deleteah iyaa.. aku juga suka pergi ke pasar.. apalagi rumah papa deket pasar. kayaknya seperti tumbuh bersama pasar itu. dari kecil udah tau orang2nya.. nggak kerasa sekarang kalau ke pasar, ibu bapaknya udah pada tua.. tapi ya tetep aja dagangannya gitu2 aja huhu..
ReplyDeletesemoga program btpn ini bisa memberdayakan mereka yang membutuhkan yaa.. aamiin