Monday, 15 February 2016

Terima Kasih Mass Market, Telah Mengajarkanku Arti Kerja Keras dan Perjuangan

Dulu ketika saya masih bekerja dan mulai merasa jenuh dengan pekerjaan saya ada satu tempat yang selalu saya kunjungi untuk membangkitkan semangat saya bekerja. Tempat itu adalah pasar tradisional yang ada di Banda Aceh.
Saya suka mengamati aktivitas jual beli yang ada di sana. Bagaimana para pelaku mass market berusaha dengan skill mereka masing-masing dan berharap omzet yang mereka dapatkan terus bertambah sehingga dapat memperluas usaha mereka.
Usia tak menghalangi mereka untuk terus berusaha, memupuk asa yang mereka punya demi orang-orang tercinta. Tua, muda dan belia mencoba peruntungan mereka disana.  Walau terkadang hasilnya tak seberapa tapi tetap disyukuri dan tak menyerah,  meski kadang lelah menyergap tapi itu tak menghalangi langkah mereka untuk terus berusaha dengan semangat yang baru setiap harinya.
Usia tak  jadi penghalang para pelaku mass market untuk terus berusaha
Mass Market di Banda Aceh, usia tak jadi hambatan mereka terus berusaha

Salah satu pelaku mass market yang saya kenal adalah Amir yang berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Amir aslinya dari Jawa Barat, dia meninggalkan istri dan anakya yang masih berusia satu tahun dan merantau ke Banda Aceh demi peruntungan yang  lebih baik.
Di Aceh, dia menyewa sebuah rumah bersama teman-temannya  yang sama-sama berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Sehari-hari Mas Amir  berjalan kaki berkeliling  hingga belasan  km dari tempat tinggalnya menjajakan keahlian mejahit sepatu dan sandal yang rusak.
Satu sepatu atau sandal yang rusak dihargai Rp 10.000-15.000 ribu rupiah tergantung tingkat kerusakannya. Hasil keringatnya dia bagi untuk keperluannya sehari-hari disini dan sisanya dikirim ke kampung untuk anak istri. Benar-benar perjuangan hidup yang keras.

Mass Market, Tukang Sol Sepatu
Sambil terus bekerja  Amir dengan sabar menjawab pertanyaan Shidiq
Lain Amir, lain pula perjuangan mass market Keumamah yang berada di kawasan Lampulo. Keumamah atau dalam bahasa Indonesianya Ikan Kayu, merupakan makanan khas Aceh. Proses pengolahannya juga lumayan panjang. Dari mulai pemilihan ikan yang segar, kemudian ikan-ikan itu dibersihkan lalu  direbus  setelah itu dijemur setelah benar-benar kering baru dipasarkan, dengan dibubuhkan tepung di atasnya untuk mencegah bakteri berkembang.
Keumamah  dikenal makanan perang. Dahulu para pejuang Aceh seringkali membekali dirinya dengan lauk ikan keumamah  selain karena gizinya yang tinggi dan rasanya yang enak. Keumamah juga tahan lama hingga berhari-hari.
Bayangkan jika usaha rumahan keumamah ini gulung tikar, bukan saja kerugian bagi pelaku usahanya saja tapi juga sebuah tradisi terancam akan ikut hilang. Generasi mendatang Aceh  lebih mengenal hamburger, spagetti, pizza dibandingkan ikan  keumamah, karena sudah jarang orang Aceh memasak keumamah. Sungguh sangat disayangkan.
Makanya saya merasa sangat berterima kasih sekali dengan adanya mereka terutama mass market ikan keumamah ini, mereka bekerja bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarganya tapi juga secara tak langsung telah membuat sebuah tradisi atau budaya tetap terjaga.
Benar-benar semangat yang wajib ditiru. Selain itu berkat mereka saya  jadi tetap bisa menikmati menu favorit saya dan mengenalkan kuliner khas Aceh  ini pada anak-anak serta teman-teman di luar Aceh  melalui  foto dan tulisan diblog. Apalagi  yang lebih indah daripada melihat sebuah tradisi terjaga rapi dan abadi.

Usaha Keumamah di Lampulo Banda Aceh

Melihat kerja keras, kegigihan dan perjuangan mereka rasanya tergerak hati ini untuk bisa membantu agar usaha mereka terus berkembang dan senyum mereka bisa mengembang.
Awalnya saya bingung bagaimana caranya saya bisa membantu mereka dengan kapasistas saya sekarang ini. Setelah googling di internet ternyata ada lho Bank yang  fokus dan konsisten melayani segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil (Mass Market) yaitu BTPN Sinaya.
Sesui dengan namanya Sinar yang memberdayakan, BTPN Sinaya mengimplementasikan sebuah model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk, layanan serta kegiatan sehari-hari dimana seluruh dana masyarakat di Sinaya disalurkan kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro dan kecil.
Dengan menjadi nasabah di BTPN Sinaya kita  sebagai nasabah turut menciptakan kesempatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta UMK untuk tumbuh dan menjadi lebih berarti.  Nasabah BTPN Sinaya juga dapat berbagi ilmu pengetahuan  dan memberikan pelatihan melalui Program Sahabat Daya.
Jadi selain  mendapat hasil optimal dari tabungan juga turut terjun langsung memberdayakan masyarakat, dan pada akhirnya ikut menjadi bagian dalam perkembangan masyarakat Indonesia karena hasil yang kita dapat menjadi  tumbuh.

4 Langkah Simulasi Menabung Untuk Memberdayakan Bank BTPN
4 Langkah Simulasi Menabung Untuk Memberdayakan Bank BTPN
Supaya lebih memahami bagaimana dana kita tumbuh di Ban Sinaya, yuk ikuti simulasi menabung untuk memberdayakan di link ini. Setelah login, pilih jenis bidang yang ingin kita berdayakan agar sesuai dengan target yang ingin dicapai. Misalnya saya yang ingin membantu usaha pengolahan keumamah maka bidang yang saya pilih adalah culinary. Setelah itu masukkan berapa jumlah uang yang ingin kita tabungkan dan jangka waktu menabung.
Misal saya menabung Rp.500.000,- per bulan selama sepuluh tahun setelah klik hasil simulasi maka kita akan mendapat dana yang terhimpun  akan tumbuh menjadi  Rp.78.477.587. Dengan dana sebesar itu tentu saja sangat bermanfaat bagi usaha keumamah di Lampulo agar bisa meningkatkan produksinya dan mengemasnya agar lebih modern sehingga omzet yang didapat juga otomatis akan meningkat.

Hasil Simulasi Menabungku
Kalau hal itu benar-benar terjadi saya akan senang sekali, karena apalagi yang membuat hidup #lebih berarti  selain berbagi kebahagian dengan sesama. Oleh karena itu, yuk sama-sama kita bantu agar usaha mereka berkembang dan senyum mereka mengembang dengan menabung untuk memberdayakan di BTPN Sinaya.
Menabung Untuk Memberdayakan BTPN Sinaya
Mari menabung untuk Memberdayakan
Sumber Informasi :
http://menabunguntukmemberdayakan.com
http://www.btpn.com/berita-and-media/siaran-pers/btpn-sinaya

9 comments:

  1. Aku juga suka ke mass market lebih ramah harganya
    Selain itu banyak variannya
    Wah dg bank ini bisa nimbun modal dengan menabung sedikit demi sedikit gitu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. dengan menabung dibank sinaya uang kita bermanfaat juga untuk membantu mass market :) makasih dah berkunjung mbak nita

      Delete
  2. Aku kangen pasar2 di Sumatra karena ikannya banyak, macem2 & segar2.

    ReplyDelete
  3. udh lama bangettttt ga makan ikan keumamah.. dulu pas msh tinggal di aceh mama srg bikin ini ikan di gulai aceh gitu... enaaakkk ^o^... ah kangennya

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayoo ke aceh mbak biar makan keumamah lagi

      Delete
  4. Saya sudah lama nggak belanja ke pasar tradisional, tapi ada beberapa tukang sayur mangkal di perumahan di dekat rumah saya jadi saya sering ke sana. Ada juga tukang sayur yang datang tiap pagi ke rumah. Modal jualan mereka pasti juga besar, harus bangun pagi buta & beberapa masih manggul dagangan pakai bakul. Bener2 kasi contoh tentang kerja keras & saya nggak pernah tega mau nawar, biasanya cuma beda 500 perak bahkan sama harganya seperti di pasar. Sukses ya Mbak buat ngontesnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak apalagi kalau yang jualannya udah tua

      Delete
  5. ah iyaa.. aku juga suka pergi ke pasar.. apalagi rumah papa deket pasar. kayaknya seperti tumbuh bersama pasar itu. dari kecil udah tau orang2nya.. nggak kerasa sekarang kalau ke pasar, ibu bapaknya udah pada tua.. tapi ya tetep aja dagangannya gitu2 aja huhu..
    semoga program btpn ini bisa memberdayakan mereka yang membutuhkan yaa.. aamiin

    ReplyDelete

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal

Main Game Lebih Seru dengan Promo Spesial Top Up di BRImo

  “Jika anak anda suka bermain game, jangan dulu dimarahi. Selama aktivitas yang dilakukan belum berlebihan dan penuh pengawasan, bermain ga...