Tuesday, 3 February 2015

Sedekah Membuatku Bertemu Jodoh

Kalau ingat keajaiban sedekah, aku jadi teringat pengalamanku sendiri ketika mencari Jodoh. Memang sedekah itu bukan suatu penyelesaian masalah dalam hal mencari jodoh. Tapi, dengan bersedekah selain juga dengan terus berusaha dan berdoa, ternyata mempermudah langkahku bertemu jodoh. 

*****

Genap, dua tujuh usiaku saat itu usia yang matang untuk menikah. Ada suatu kejadian di masa lalu, yang sedikit membuat trauma dan males berurusan dengan makhluk yang bernama cowok apalagi kalau kudu main perasaan-perasaaan segala.

 

Satu persatu sahabatku menemukan pasangan hidupnya, membuatku tersadar untuk segera move on. Berpacu dengan umur, belajar dari pengalaman masa lalu, untuk lebih berhati-hati menentukan pilihan hati. 

 “Di tempat kerjamu orang laki-lakinya banyak, apa tidak ada satu yang kena di hati? Kamu terlalu milih-milih jodoh. Lihat kawan-kawanmu sudah menikah semua. Kamu kapan?”

Pertanyaan yang sering kudengar akhir-akhir ini. Baik itu dari orang tua, saudara bahkan teman-teman. Ada yang bersimpati, dengan menawarkan kenalannya yang masih lajang. Ada juga yang hanya menyalahkan. "Gelisahku karena lingkungan. Mencari jodohkan tak semudah membalik telapak tangan. Haruskah kumenerima siapa saja yang datang demi mengejar gelar istri?

****

Berbagai cara sudah kuterapkan dalam mencari jodoh. Dari baca buku, berdoa, travelling. Bahkan aku yang paling cuek dengan penampilan sekarang mulai rajin membersihkan wajah dan melakukan perawatan ini dan itu. Sungguh suatu keajaiban tapi belum juga ada tanda-tanda bertemu jodohku.

 Aku tetap berbaik sangka dan terus memperbaiki diri. Menemukan jodoh ternyata seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami...

 Harapanku akan jodoh sebenarnya sederhana sekali. Aku ingin menikah dengan orang yang bisa membuatku tertawa, sesedih apapun aku.

Membuatku merasa cantik, sejelek apapun aku. Dan membuatku merasa kaya semiskin apapun aku.

Membuatku merasa sehat sesakit apapun aku.Dan Berjanji tak akan menyakiti aku baik lahir maupun batin.

Dan dari segi penampilan suamiku itu harus menenangkan hati ketika kulihat. Suaranya harus bagus jadi aku tak akan bosan mendengar jika dia menasehati. Satu lagi dia harus pandai mengaji dan wawasannya luas. 

 Yaa, mungkin kriteriaku terlalu tinggi, dan mungkin aku juga nggak sadar diri. Pasang kriteria yang terlalu muluk, tapi aku yakin Allah itu maha pemberi dan tak ada yang tidak mungkin, jika Dia berkehendak.

 Untuk mengisi hati yang kosong aku jadi sering mengikuti berbagai siraman rohani.

 "Membeli jodoh dengan sedekah" Judul ceramah saat itu sangat mengena di hati sesuai sekali dengan keadaanku.

 Yaa sedekah itu ikhtiarku yang kurang. Kenapa tak terpikir dari dulu. Semangatku bangkit lagi. Aku jadi rajin bersedekah. Setiap pengemis yang datang pasti kuberi uang. Dan apabila pergi ke mesjid, tak lupa kumampir di kotak sumbangan.

 Sekedar memberi infaq, bila biasanya cuma seribu kali ini infaq kutingkatkan nominalnya. Disertai doa yang tak henti di tahajud malamku berserta kriteria jodohku nanti.

**&&&**

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Kerjaan yang menumpuk membuatku sedikit lupa masalah jodoh. Kontrak kerjaku hampir habis, semua pekerjaan harus segera diselesaikan.

 Stress melanda, mukaku yang biasa mulus kini berhiaskan jerawat. Cukup membuat kesan merona di kedua pipiku.

Pose kepaksa waktu jerawatan

Seorang teman lama menelepon. Dulu aku pernah meminta untuk mencarikan jodoh padanya. Dan hari ini dia menelepon karena ada temannya yang mau kenalan denganku.

Malu, nggak pede dan lagi banyak kerjaan pada saat itu. Membuatku menolak tawaran itu, tapi teman lamaku memberi alternatif jalan agar kami bisa kenalan,  melalui yahoo messengger.

 

Foto bareng Mak comblangku (Baju merah), cuma bisa balas kebaikannya dengan doa

Setelah saling meng-add akun ym. Singkat kata, kami mulai bertukar nomor hape dan juga akun friendster. Foto profilnya biasa saja, tak ada getar ketika melihatnya. Suka mendaki gunung, lulusan telekomunikasi. Lumayan dari segi tampang. Sepertinya orang yang menyenangkan. Terlihat dari komentar-komentar temannya difriendster.

****

Hari ini kami akan kopi darat. Setelah seminggu berkomunikasi lewat ym. Aku tidak mau buang-buang energi dari perkenalan ini. Sejak awal sudah kutegaskan, mencari suami bukan pacar.

Sengajaku  membawa buku untuk menutupi wajah. Setidaknya jika dia tidak serius mencariku. Mukaku bisa kututup buku agar tidak ketahuan  kalau aku sudah ada di situ.

 "Seperti ada angin yang berhembus ketika dia berjalan.Walau ini pertama kali bertemu, tapi terasa sudah lama sekali kumengenalnya. Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya  dengan lelaki mana  pun sebelumnya."

 Dan hanya hitungan minggu saja kami sudah saling bertemu keluarga. Dia begitu sesuai dengan doa yang kupanjatkan selama ini. Baik dari segi sifat maupun penampilan.

Ini pasti jawaban doaku. Doa yang diiringi dengan iktiar dan sedekah yang membuatku akhirnya bertemu jodoh.Tahun ini  tanpa terasa sudah enam tahun kami  menjadi suami istri sejak saat itu.

 

Foto Keluarga di perayaan enam tahun pernikahan kami


.

3 comments:

  1. Mirip kisah saya , di usia 27 tahun dan trauma akan masa lalu dan malas dgn perasaan2 seperti itu . Inginnya dipertemukan dgn mudah

    ReplyDelete
  2. Waaaaw...friendsterrrr.. ketauan ya mbak kita generasi apa hehehe
    Btw, selamat untuk 6 th pernikahahannya. Semoga rukun selalu sampai akhir hayat

    ReplyDelete

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal