Setelah
selesai kuliah, Alhamdulillah aku diterima disalah satu NGO sebagai junior planner, yang tugasnya bekerjasama
dengan fasilitator desa, koordinator wilayah, membuat buku rencana tata ruang
desa dan master plan desa.
Perbedaan
buku rencana tata ruang desa dan master plan desa yang kami buat dengan buku rencana tata ruang desa
dan masterplan desa yang ada, biasanya sebuah masterplan itu dari
pusat(pemerintah) yang baru disebarluaskan ke bawah, sedangkan masterplan kami,
dari bawah(masyarakat) diberikan ke atas(pemerintah) atau siapa saja yang
membutuhkan data guna percepatan pembangunan yang ada didesa.
Sangat
menarik sekali bisa terlibat dalam pembuatan buku tata ruang desa
tersebut, kesempatan yang sangat
langkah, berkerja sambil beramal, membangun desa yang telah diluluh lantakkan
oleh tsunami, menggumpulkan inspirasi langsung dari masyarakat desa itu, bagaimana
desa tersebut ingin dikembangkan,
mendata sarana dan prasarana apa saja yang sudah ada dan belum ada di desa
tersebut.
Tak
jarang dalam mendapat data tersebut kami harus menetap di desa tersebut,
sehingga didapat data yang lebih akurat, dengan mensurveynya dengan keadaan
dilapangan, menyamakan persil tanah yang
didapat dari BPN dan juga didata oleh tim kami, kemudian membuat rencana
tata ruang desa tersebut
berdasarkan aspirasi masyarakatnya
disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah di desa tersebut.
Setelah
selesai membuat masterplan desa, kami
menggumpulkan warga desa guna melakukan musyawarah desa (musdes), guna mendata apakah
sudah benar masterplan? desa yang kami buat, apakah sudah benar data yang kami
miliki? dimusdes ini semua warga dilibatkan bahkan perempuan(ibu rumah tangga),
karena yang lebih sering menetap didesa/rumah, tentu saja para istri. Tak
jarang musdes ini dilakukan dimalam hari selepas shalat Isya, tergantung waktu
yang warga desa miliki untuk berkumpul.
Apabila
masterplan desa yang kami buat terdapat kekurangan kami merevisinya sehingga
benar kemudian kami lanjutkan dengan
menyusun buku tata ruang desa, dan memperbanyaknya sehingga apabila ada pihak
NGO, atau pihak lain yang ingin membantu
membangun desa tersebut, mereka tidak
perlu repot-repot lagi untuk survey lapangan, sehingga pembangunan di desa
tersebut lebih cepat terlaksana.
Memang
benar kalau menulis itu membuat kita abadi, apalagi kalo yang dituliskan bisa
terwujud jadi nyata. Tak terasa sekarang sudah 9 tahun sejak aku dan timku membuat buku rencana tata ruang
desa tersebut, walaupun tak dituliskan nama kami dibuku tersebut. Apalah arti
sebuah nama dibandingkan dengan kepuasaan melihat pembangunan desa yang sesuai dengan masterplan
desa yang kami buat, kantor kepala desa,
balai musyawarah dan jalan yang menghubungkan pantai dengan pemukiman penduduk, sungguh kebanggaan
tersendiri buatku.
Dan
memang benar segala sesuatu diniatkan untuk kebaikan, Insya Allah akan
menghasilkan yang baik pula. Tak ada yang tak mungkin bila kita lakukan
bersama-sama, dan segala sesuatu yang mudah terkadang berasal dari hal yang
sulit, bisa karena biasa. (Kenangan di
Desa Ruyung Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal